Menurut KPU ada tiga indikator pemilu demokratis: politik partisipasi, pemilu inklusif dan adanya representasi lembaga demokrasi.
Intisari-Online.com -Setidaknya ada tiga indikator pemilu demokratis.
Tiga indikator itu adalah politik partisipasi, pemilu inklusif, dan adanya representasi lembaga demokrasi.
Paling tidak, itulah yang disampaikan oleh anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Betty Epsilon Idroos ketika menjadikeynote speaker MAW Talk Outlook 2024.
Acara yang diselenggarakan oleh MAW Talk secara daring pada Kamis (5/10) itu bertajuk"Strategi Keberlanjutan dan Bertumbuh di Tahun Politik: Perspektif Komunikasi dan Bisnis."
Terkait politik partisipasi, Betty menjelaskan bahwa hal ini erat kaitannya dengan partisipasi masyarakat untuk aktif di dalamnya.
Sementara pemilu inklusif dapat menjangkau setiap kelompok masyarakat agar dapat memiliki akses yang sama dalam pemenuhan hak dan tanggungjawab sebagai warga negara.
“Representasi lembaga demokrasi yang merepresentasikan semua kelompok masyarakat adalah cermin dari demokrasi yang sehat dan tangguh,” jelas Betty.
Lebih lanjut Betty mengutip Global State of Democracy.
Mengkaji Ketahanan Demokrasi IDEA, yakni demokrasi memberikan kesetaraan suara warga, dan karenanya memajukan ekspresi kepentingan dan preferensi serta aliran informasi yang bebas, yang merupakan unsur penting pembangunan.
Keterlibatan warga negara dan keberadaan masyarakat sipil yang kuat, "melindungi" demokrasi melalui investigasi, transparansi informasi dan advokasi.
Dia bilang, jika warga negara sangat berkomitmen terhadap demokrasi, demokrasi akan bertahan sebagai gagasan ideal yang permanen dan esensial.
Jadi, kata Betty, "Kamimengapresiasi kegiatan MAW Talk hari ini."
"Kita bisa berperan memperbaiki demokrasi NKRI melalui proses pemilu yang dipengaruhi partisipasi, terlibat aktif, pemilu inklusif."