Tradisi Coka Iba merupakan wujud kecintaan masyarakat Halmahera Tengah terhadap Rasulullah Nabi Muhammad.
Intisari-Online.com -Barangkali tak banyak dari kita yang tahu tradisi Coka Iba.
Apa itu tradisi Coka Iba?
Dilansir situs Kemendikbud.go.id, tradisi coka iba adalahritual religi masyarakat Kabupaten Halmahera Tengah, tepanya Kecamatan Weda, yang diadakan dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad.
Tradisi ini dilaksanakan setiap tahun.
Ritual Coka Iba telah berkembang sejak dahulu kala.
Konon tradisi ini berawal dari tiga orang bersaudara, Kapita Mobon (Tetua Maba), Sangaji Patani (Tetua Patani) dan Kapitan Laut Weda (Tetua Weda).
Pada suatu hari ketiga penguasa ini menggelar rapat untuk membagi zona dalam rangka penyebaran Agama Islam.
Rapat itubertepatan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yaitu pada tanggal 12 Rabiulawal.
Sebagai bukti rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW ketiga tetua tersebut sepakat melakukan ritual keagamaan.
Di Kecamatan Weda Kapten Laut menamakannnya Cogo Ipa.
Sangaji Patani dan Kapita Maba menamainya Ice.
Dalam perkembanganya Sultan Tidore menyatukan ritual tiga tetua itu dan menyebutnya Coka Iba yang aritnya Pasukan bertopeng.
Dalam pelaksanaanya ritual Coka Iba diawali dengan pembacaan sarafal`anam pada 10 Rabiulawal dan diakhiri dengan pembacaan riwayat Nabi Muhammad pada 12 Rabiulawal.
Ritual ini masih dilaksanakan hingga saat ini.
Makna Filosofi Ritual Coka Iba
Upacara Coka Iba memiliki nilai-nilai sosial dan nilai religi yang terus dilestarikan hingga sekarang.
Nilai-nilai sosial yang terlihat adalah kesibukan masyarakat Gamrange (Weda, Patani dan Maba) yang sama-sama melakukan persiapan untuk pelaksanaan upacara Coka Iba.
Serta ikut dalam proses upacara.
Hal ini secara tidak langsung sudah menciptakan dan meningkatkan keeratan kekeluargan di antara anggota masyarakat di Halmahera Tengah.
Makna dari upacara Coka Iba adalah perayaan Maulid Nabi Muhammad sebagai rahmatanllil`alamin atau rahmat bagi sekalian alam.
Upacara Coka Iba juga mengajarkan kepada masyarakat Halmahera Tengah agar terus bersilaturahim untuk mempererat hubungan antara sesama manusia.
Baik sesama masyarakat Kabupaten Halmahera Tengah maupun masyarakat di luar masyarakat tersebut.
Jumlah peserta yang terlibat dalam ritual Coka Iba berjumlah 99 orang, sesuai dengan 99 asmaul husna atau nama-nama Allah SWT.
Terdiri dari empat jenis yaitu:
Coka Iba Hate (yai) yang berarti Kayu melambangkan Api, bermakna bahwa Tuhan menciptakan makluk halus seperti jin dan iblis dari api.
Coka Iba Hate berjumlah tujuh pasukan yang dimaknai sebagai tujuh kapita yang ada di Weda, Patani dan Maba.
Angka tujuh adalah pembawa kedamaian, tujuh surga, tujuh neraka, tujuh lapisan bumi dan lain-lain.
Coka Iba Gof (loyeng) berarti Daun Pandan, yang melambangkan angin yang memiliki makna bahwa mahluk hidup khususnya manusia hidup karena karuniah dari Allah SWT berupa udara untuk bernapas.
Coka Iba Gof (loyeng) daun pandan yang berjumlah empat pasukan dimaknai empat sahabat Nabi Muhammad.
Coka Iba Iri Pala (gome) berarti Pelepah Pohon Sagu melambangan air yang memiliki makna bahwa air adalah komponen penting bagihewan, tumbu-tumbuhan dan yang paling khusus bagi manusia untuk kelangsungan hidup.
Coka Iba Iri Pala (gome) terdiri atas 44 pasukan.
Coka Iba Nok (pece) yang berarti becek.
Coka Iba Nok dilambangkan sebagai tanah, yang bermakna bahwaTuhan menciptakan manusia dari tanah. Coka Iba Nok juga berjumlah 44 pasukan.
Coka Iba Iri Pala (gome) dan Coka Iba Nok (pece) yang masing berjumlah 44 pasukan dimaknai sebagai surat pembuka dan induk dalam Alqur’an yaitu surat Al’fatihah yang terdiri atas 7 ayat dan 44 huruf.
Selain itu angka 44 juga terdapat dalam surat ArRahman (urutan ke-44) dan dalam setiap ayat yang diulang sebanyak 44 kali.
Sementara media yang digunakan adalah tiga batang lidi yang telah diikat menjadi satu yang bemakna tiga negeri bersaudara (Gam Range) yaitu Weda, Patani dan Maba yang merupakan satu keturunan.
Terdapat beberapa nilai yang terkandung ritual Coka Iba.
(1) Ngaku rasai (persaudaraan), di mana masyarakat dituntut menjunjung tinggi persaudaraan antara sesama masyarakat Kabupaten Halmahera Tengah maupun masyarakat diluar masyarakat tersebut.
(2) Budi re bahasa (budi dan bahasa), di mana masyarakat dituntut menjaga perkataan, tutur dalam berkata antara sesama manusia.
(3) Sopan re hormat (sopan dan hormat), masyarakat dituntut menjaga kesopanan dan saling menghormati antara sesama.
(4) Memoi remafaat (malu dan takut), masyarakat tuntut selalu merasa malu kepada sesama manusia maupun Allah SWT atas perbuatan yang melanggar aturan adat maupun agama dan takut atas dosa kepa da Allah SWT.
Upacara Coka Iba ini selalu mengingatkan kepada masyarakat weda agar tetap menjaga persaudaraan, menjaga perkataan, sopan dan saling menghormati dan selalu bertakwa kepada Allah SWT.