Inilah 3 Rumah Di Lubang Buaya Saksi Bisu Peristiwa G30S, Salah Satunya Milik Guru Yang Disebut Sebagai Simpatisan PKI

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Ada tiga bangunan utama di Monumen Pancasila Saksi Lubang Buaya yang menjadi pusat Gerakan 30 September 1965 (G30S).
Ada tiga bangunan utama di Monumen Pancasila Saksi Lubang Buaya yang menjadi pusat Gerakan 30 September 1965 (G30S).

Ada tiga bangunan utama di Monumen Pancasila Saksi Lubang Buaya yang menjadi pusat Gerakan 30 September 1965 (G30S).

Intisari-Online.com -Setidaknya ada tiga bangunan di Lubang Buaya yang menjadi pusat komando Gerakan 30 September 1965.

Tiga rumah itu punya fungsi masing-masing.

Rumah pertama digunakan untuk tempat penyiksaan perwira-perwira Angkatan Darat yang diculik, rumah kedua sebagai pos komando, sementara rumah ketiga berfungsi sebagai dapur umum.

Untuk rumah pertama, ternyata itu adalah rumah milik seorang guru bernama Bambang Harjono, dia adalah seorang kepala sekolah SR dan disebut sebagai seorang simpatisan PKI.

Sehari-hari, rumah itu digunakan untuk tempat belajar anak-anak.

Saat ini, rumah itu sudah menjadi bagian dari Monumen Pancasila Saksi, di mana di dalamnya dilengkapi dengan diorama dan audio yang menjelaskan perisitwa G30S.

Di rumah itu juga masih ada papan tulis sebagai bukti bahwa rumah itu pernah digunakan sebagai bangunan sekolah.

Untuk rumah kedua, yang digunakan sebagai Pos Komando G30S, adalah milik seorang pedagang bernama Sueb.

Sueb sendiri tak terlibat dalam gerakan tersebut.

Sehari-hari, Sueb berdagang di daerah Bali Mester, Jatinegara.

Rumah milik Sueb itu digunakan untuk rapat-rapat penting menjelang G30S, termasuk merancang siapa-siapa saja jeneral yang harus diculik.

Bangunan itu juga menjadi bagian dari Monumen Pancasila Sakti, di mana bangunannya masih 99 persen utuh.

Meja, kursi, dan perabotan lainnya masih dipertahankan.

Untuk rumah ketiga, yang sebagian besar bagiannya berupa gedek difungsikan sebagai dapur umum.

Pemilik rumah itu adalah Amrah, seorang janda yang disebut tak ada sangkut pautnya dengan peristiwa G30S.

Sehari-hari, Amrah bekerja sebagai tukang jahit.

Konon katanya, di sekitar Monumen Pancasila Saksi di Lubang Buaya ini adalah sekitar 13 rumah.

Tapi 10 rumah lainnya disebut tak terkait dengan peristiwa G30S, sehingga direlokasi dengan ganti rugi.

Monumen Pancasila Saksi atau Monumen Pahlawan Revolusi merupakan monumen yang dibangun di atas lahan yang dulu menjadi pusat Gerakan 30 September.

Lokasi itu dulunya adalah perkebunan karet.

Monumen ini dibangun di atas lahan seluas 14,6 Hektar, atas prakarsa Presiden ke-2 RI, Soeharto.

Monumen ini dibangun untuk mengingat perjuangan para Pahlawan Revolusi yang menjadi korban G30S.

Monumen ini terletak Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Di sebelah selatan terdapat markas besar Tentara Nasional Indonesia, Cilangkap, sebelah utara adalah Bandar Udara Halim Perdanakusuma, sedangkan sebelah timur adalah Pasar Pondok Gede, dan sebelah barat, Taman Mini Indonesia Indah.

Seperti disebut sebelumnya, sebelumnya tempat ini merupakan tanah atau kebun kosong, tepatnya kebun karet, yang dijadikan sebagai tempat pembuangan terakhir para korban Gerakan 30 September 1965.

Di kawasan kebun kosong itu terdapat sebuah lubang sumur tua sedalam 12 meter yang digunakan untuk membuang jenazah para korban G30S.

Sumur tua berdiameter 75 cm itu dikenal sebagai lubang buaya.

Artikel Terkait