Intisari-online.com -Indonesia adalah negara yang kaya akan sejarah dan budaya.
Sejak zaman prasejarah, Indonesia telah menjadi tempat tinggal bagi berbagai suku bangsa, agama, dan peradaban.
Salah satu bukti dari keberagaman dan kekayaan sejarah Indonesia adalah adanya kerajaan-kerajaan kuno yang pernah berdiri dan berkembang di wilayah Nusantara.
Dua kerajaan kuno yang terkenal di Indonesia adalah Kerajaan Kutai dan Kerajaan Tarumanagara.
Kedua kerajaan ini merupakan kerajaan Hindu tertua di Nusantara, yang berdiri sejak abad ke-4 Masehi.
Kerajaan Kutai berlokasi di Kalimantan Timur, sedangkan Kerajaan Tarumanagara berlokasi di Jawa Barat.
Meskipun terpisah oleh lautan, kedua kerajaan ini ternyata memiliki jejak hubungan yang menarik untuk diketahui.
Hubungan antara Kerajaan Kutai dan Kerajaan Tarumanagara dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu:
- Aspek agama. Kedua kerajaan ini menganut agama Hindu, meskipun dengan aliran yang berbeda.
Kerajaan Kutai menganut aliran Siwaisme, yaitu pemujaan terhadap dewa Siwa sebagai dewa tertinggi.
Hal ini dapat dilihat dari prasasti Yupa, yang merupakan peninggalan arkeologis utama dari Kerajaan Kutai.
Baca Juga: Kehidupan Politik Kerajaan Banten, Runtuh Akibat Politik Adu Domba
Prasasti Yupa berisi tentang upacara pemberian 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana oleh Raja Mulawarman, yang merupakan raja terbesar dan terkuat dari Kerajaan Kutai.
Upacara ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan pengabdian kepada dewa Siwa.
Kerajaan Tarumanagara menganut aliran Waisnawaisme, yaitu pemujaan terhadap dewa Wisnu sebagai dewa pemelihara.
Hal ini dapat dilihat dari prasasti Ciaruteun, yang merupakan peninggalan arkeologi tertua dari Kerajaan Tarumanagara.
Prasasti Ciaruteun berisi tentang jejak kaki Raja Purnawarman, yang merupakan raja pertama dan terbesar dari Kerajaan Tarumanagara.
Jejak kaki ini melambangkan bahwa Raja Purnawarman adalah avatar atau penjelmaan dari dewa Wisnu.
Meskipun memiliki aliran yang berbeda, kedua kerajaan ini tetap menghormati dan mengakui keberadaan dewa-dewa Hindu lainnya, seperti Brahma, Ganesha, Durga, dan lain-lain.
Hal ini menunjukkan bahwa kedua kerajaan ini memiliki toleransi dan sinergi dalam hal agama.
- Aspek budaya. Kedua kerajaan ini memiliki budaya yang dipengaruhi oleh kebudayaan India, khususnya dalam hal bahasa, tulisan, seni, dan arsitektur.
Kedua kerajaan ini menggunakan bahasa Sansekerta sebagai bahasa resmi dan sakral.
Bahasa Sansekerta adalah bahasa klasik India yang dianggap sebagai bahasa para dewa dan ilmu pengetahuan.
Baca Juga: Deskripsi tentang Berdirinya Kerajaan Islam Pertama di Sumatera
Kedua kerajaan ini juga menggunakan aksara Pallawa sebagai tulisan utama.
Aksara Pallawa adalah aksara yang berasal dari India Selatan, yang kemudian menyebar ke Asia Tenggara.
Kedua kerajaan ini juga memiliki seni dan arsitektur yang menggambarkan pengaruh India, seperti patung-patung dewa Hindu, candi-candi, dan stupa-stupa.
Patung-patung dewa Hindu menunjukkan kepercayaan dan kesenian masyarakat Kutai dan Tarumanagara dalam mengukir batu dengan detail dan ekspresif.
Candi-candi menunjukkan tempat ibadah dan pusat kegiatan sosial masyarakat Kutai dan Tarumanagara.
Stupa-stupa menunjukkan adanya pengaruh Buddhisme di kedua kerajaan ini, meskipun tidak sebesar pengaruh Hinduisme.
- Aspek perdagangan. Kedua kerajaan ini memiliki hubungan perdagangan yang cukup intens, baik antara satu sama lain maupun dengan kerajaan-kerajaan lain di Asia.
Kerajaan Kutai memiliki keunggulan dalam hal sumber daya alam, seperti emas, perak, besi, kayu, dan rempah-rempah.
Kerajaan Kutai juga memiliki akses ke laut, yang memudahkan mereka untuk berdagang dengan kerajaan-kerajaan di India, Cina, dan Semenanjung Malaya.
Kerajaan Kutai bahkan pernah mengirimkan utusan ke Cina pada masa Dinasti Tang.
Kerajaan Tarumanagara memiliki keunggulan dalam hal pertanian, seperti padi, buah-buahan, sayur-sayuran, dan kain.
Baca Juga: Berkuasa Pada Abad ke-8 Inilah Sosok Raja Penguasa Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Tarumanagara juga memiliki akses ke sungai-sungai besar, seperti Citarum dan Cisadane, yang memudahkan mereka untuk berdagang dengan kerajaan-kerajaan di Jawa dan Sumatera.
Kerajaan Tarumanagara bahkan pernah dikunjungi oleh seorang musafir Cina bernama Fa-Hsien, yang banyak menulis tentang keadaan dan kebudayaan kerajaan ini.
Dengan adanya hubungan perdagangan ini, kedua kerajaan ini dapat saling bertukar barang, informasi, dan pengalaman.
Hal ini dapat meningkatkan kemakmuran dan kemajuan kedua kerajaan ini.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Kutai dan Kerajaan Tarumanagara memiliki jejak hubungan yang erat dan harmonis dalam berbagai aspek.
Hubungan ini membuktikan bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki sejarah yang luar biasa dan budaya yang beragam.
Semoga artikel ini dapat memberikan wawasan dan inspirasi bagi kita semua.