Google Merayakan Danau Toba: Pemicu Meletusnya Gunung Api Super Toba Masih Misterius Hingga Sekarang

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Para ilmuan masih mencari tahu apa yang menjadi penyebab meletusnya supervolcano Toba yang kemudian memunculkan Danau Toba. Google Doodle merayakannya.
Para ilmuan masih mencari tahu apa yang menjadi penyebab meletusnya supervolcano Toba yang kemudian memunculkan Danau Toba. Google Doodle merayakannya.

Para ilmuan masih mencari tahu apa yang menjadi penyebab meletusnya supervolcano Toba yang kemudian memunculkan Danau Toba. Google Doodle merayakannya.

Intisari-Online.com -Hari ini, Kamis (31/8) ada yang menarik dari tampilan Google.

Melalui Google Doodle, Google hari ini memunculkan lukisan Danau Toba.

Di situ tertulis keterangan "Celebrating Lake Toba" alias "Merayakan Danau Toba".

Merayakan buat apa?

Dalam keterangannya, Google menjelaskan, tema Google Doodle hari ini untuk memperingati penetapan Danau Toba sebagai UNESCO Global Geopark pada 31 Agustus 2020.

Danau Toba yang terletak di Sumatera Utara ini merupakan danau kawah terbesar dan salah satu danau terdalam di dunia.

Terkait statusnya sebagai danau kawah terbesar di dunia, hingga saat ini para ahli masih mencari-cari penyebab meletusnya supervolcano Toba yang memunculkan Danau Toba.

---

Kita sepakat,Danau Toba muncul akibat letusan Gunung Berapi Super Toba—biasa disebut supervolcano Toba—yang terjadi sekitar 73 ribu tahun yang lalu.

Yang masih menjadi perdebatan sengit adalah apa yang memicu gunung berapi itu meletus dengan sangat dahsyat.

Letusan Toba disebut sebagai letusan gunung api terbesar yang tercatat dalam sejarah umat manusia.

Letusan ini menyemburkan material sekitar 2.800 km kubik magma—dengan 2.000 km kubik mengalir di atas tanah dan 800 km kubik jatuh sebagai abu.

Letusannya juga menyebabkan sejumlah besar hujan di wilayah yang sekarang masuk Indonesia dan India.

Seperti disebut di awal, bagaimana jumlah magma yang begitu besar dihasilkan dan mengapa letusan hebat itu terjadi masih menjadi perdebatan utama antara para ilmuwan dalam kurun waktu yang cukup lama.

Pada dasarnya, letusan gunung berapi disebabkan oleh kepadatan dan tekanan magma yang ada di bawah gunung berapi.

Begitu juga dengan gunung berapi super Toba.

Yang masih menjadi misteri adalah apa yang memicunya, sehingga letusannya begitu besar.

Sekitar beberapa tahun yang lalu, tepatnya pada 2017, sekolompok peneliti di Uppsala University dan sekondan mereka mungkin telah menemukan beberapa jawaban yang ada di sebuah kristal berukuran satu milimeter bernama kristal kuarsa.

Kristal ini biasa menempel pada abu vulkanik dan batuan.

Kristal kuarsa tumbuh di dalam magma.

Fungsinya adalah mencatat perubahan kimia dan termodinamika sebelum terjadi letusan.

Cara kerjanya mirip dengan bagaimana lingkaran pohon mencatat perubahan iklim, tutur David Budd, penulis utama dari Uppsala University.

Ketika kondisi dalam magma berubah, tambah Budd, kristal akan merespon dan menghasilkan zona pertumbuhan yang berbeda yang merekam perubahan itu.

“Masalahnya adalah analogi lingkaran pohon itu hanya berukuran beberapa mikrometer. Dan inilah yang menyebabkan mereka (para ilmuwan) begitu tertantang untuk menganalisis ini secara lebih mendetail,” kata Budd, lagi.

Sembari mempelajari kristal kuarsa dari Toba, para peneliti menemukan bahwa ada perbedaan dalam komposisi dan berat dari bagian luar kristal dengan di dalam kristal.

Di sekitar luar kristal ditemukan senyawa yang lebih berat disebut 18O, sementara yang di bagian dalam terdapat senyawa lebih ringan yang disebut 16O.

Menurut peneliti, rasio itu menunjukkan bahwa sesuatu yang ada dalam sistem magmatik telah berubah drastis sebelum letusan besar terjadi.

Jadi apa yang terjadi?

Para peneliti berpikir bahwa ketika magma meleleh, dalam waktu bersamaan ada sejumlah besar batu dengan rasio yang sama berada di dekatnya.

“Jenis batu ini juga mengandung banyak air, yang dapat dilepaskan ke magma, memproduksi uap, dan dengan demikian tekanan gas meningkat dalam ruang magma,” ujar Frances Deegan, penulis lainnya.

“Kondisi ini secara cepat meningkatkan tekanan gas dan menyebabkan magma memecah kerak yang ada di atasnya, dan mengirim ribuan kilometer kubik magma ke atmosfir.”

Seberapa sering supervolcano meletus?

Untungya, letusan supervolcano seperti yang terjadi pada Gunung Toba sangat jarang terjadi.

Letusan gunung biasanya diukur menggunakan Volcanic Explosivity Index (VEI), dengan VEI 7 dan VEI 8 masuk kategori letusan paling dahsyat.

Selain Gunung Toba, ada beberapa supervolcao lain yang pernah meletus:

- La Garita Caldera yang meletus sekitar 27,8 juta tahun yang lalu, dan melepaskan 5.000 km kubik magma.

- Huckleberry Ridge di Yellowstone yang memuntahkan sekitar 2.500 km kubik magma, terjadi sekitar 2,5 juta tahun yang lalu.

- Atana Ignimbrit di Cile, meletus sekitar 4 juta tahun yang lalu, dan memuntahkan 2.500 km kubik magma.

- Gunung Tambora di Pulau Sumbaya, meletus pada 1815, letusannya termasuk salah satu yang paling dahsyat sepanjang sejarah umat manusia. Sekitar 100 ribu orang meninggal dunia. letusannya juga menyebabkan musim dingin global.

- Gunung Vesuvius (Pompeii pada 79 SM) dan Gunung St Helens pada 1980.

Para peneliti berkesimpulan bahwa letusan Toba sangat klasik dan disebut telah memusnahkan seluruh umat manusia yang ada di sekitarnya.

Lepas dari bahwa kejadian ini amat jarang terjadi, letusan supervolcano bisa terjadi kapan saja--dan kita mesti selalu waspada!

Artikel Terkait