Peristiwa 3 Maret 1924, Kala Kekhalifahan Bubar untuk Selamanya

Ade S

Editor

Peristiwa 3 Maret 1924 adalah hari paling kelam bagi umat Islam, ketika kekhalifahan terakhir runtuh di tangan Mustafa Kemal Ataturk.
Peristiwa 3 Maret 1924 adalah hari paling kelam bagi umat Islam, ketika kekhalifahan terakhir runtuh di tangan Mustafa Kemal Ataturk.

Intisari-Online.com -Kekhalifahan Islam adalah sistem pemerintahan yang mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW dan para khalifah yang menggantikannya.

Selama lebih dari 13 abad, kekhalifahan Islam menjadi simbol kejayaan, persatuan, dan perlindungan bagi umat Islam di seluruh dunia.

Namun, pada peristiwa 3 Maret 1924, kekhalifahan Islam terakhir, yaitu Kekhalifahan Utsmaniyah atau Ottoman, resmi dibubarkan oleh Mustafa Kemal Ataturk, seorang pemimpin Turki yang bersekutu dengan negara-negara Barat.

Peristiwa ini merupakan akhir dari era keemasan Islam dan awal dari masa-masa sulit bagi umat Islam yang tercerai-berai menjadi berbagai negara.

Artikel ini akan mengulas sejarah peristiwa 3 Maret 1924, faktor-faktor yang menyebabkannya, dan dampaknya bagi umat Islam hingga saat ini.

Akhir Kejayaan Turki Utsmani hingga Dihapus pada 3 Maret 1924

Turki Utsmani atau Ottoman Empire merupakan kerajaan yang berhasil mempertahankan kekuasaannya selama lebih dari enam abad (1300-1922).

Turki Utsmani memperluas wilayahnya hingga Timur Tengah, Afrika Utara, dan sebagian Eropa.

Namun, kekuatan kerajaan yang dibangun oleh Raja Utsman atau Osman I itu terus berkurang seiring dengan kekalahan dalam beberapa perang.

Melansir kompas.com, kerajaan Islam itu mencapai masa keemasannya di bawah kepemimpinan Raja Sulaiman yang Agung, antara tahun 1522 hingga 1566.

Baca Juga: Peristiwa Heroik Proses Pengakuan Kedaulatan Indonesia yang Dilakukan oleh Negara Mesir

Pada saat itu wilayah Turki mencakup Yunani, Bulgaria, Rumania, Makedonia, Hungaria, Palestina, Yordania, Libanon, Suriah, Arab, Mesir dan sebagian besar pantai utara Afrika.

Bukan hanya luasnya wilayah, kerajaan ini juga dianggap mampu mengembangkan perdagangan yang menguntungkan, memajukan arsitektur, kesenian, dan ilmu astronomi.

Penurunan Turki Utsmani mulai terlihat saat Perang Lepanto (1571). Saat itu, Turki Utsmani yang berambisi menguasai Pulau Venesia, tumbang dari pasukan Kristen Holy League.

Selanjutnya Perang Balkan (1913) yang dimenangkan oleh sekutu Serbia, Montenegro, Bulgaria, dan Yunani, membuat pasukan Turki Utsmani mundur dari Makedonia yang sebelumnya mereka kuasai.

Kemudian, pada Perang Dunia I (1914-1918), di mana aliansi Jerman, Austria-Hongaria, Bulgaria, dan Turki Utsmani, kalah dari sekutu Inggris Raya, Perancis, Rusia, Italia, Rumania, Kanada, Jepang, dan Amerika Serikat (AS).

Akibatnya Turki Utsmani kehilangan hampir semua wilayah mereka di Eropa dan Afrika.

Ditambah lagi pada 1920, Inggris dan sekutunya membebaskan Arab dari kekuasaan mereka.

Revolusi Turki Muda yang terjadi pada 1908 juga berhasil mengubah pemerintahan menjadi bentuk parlementer, sehingga melemahkan kekuasaan sultan.

Turki berubah sistem pemerintahan menjadi negara republik pada 1922.

Mustafa Kemal Atatürk, perwira militer yang terkenal di berbagai perang, menjadi presiden pertama Turki (Turkiye) tahun 1923.

Pada 3 Maret 1924, Kekhalifahan Turki Utsmani dihapus.

Baca Juga: Peristiwa yang Mendorong Bangsa-bangsa Eropa Mencari Langsung Daerah Penghasil Rempah-rempah

Faktor-faktor yang Menyebabkan Turki Utsmani Runtuh

Turki Utsmani mengalami keruntuhan akibat berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar, yaitu:

1) Eropa yang menjadi saingan semakin maju.

2) Timbul masalah ekonomi yang disebabkan oleh persaingan perdagangan yang semakin ketat dari AS, India, Asia Timur, kemunculan jalur perdagangan baru, dan kenaikan jumlah pengangguran.

3) Pengawasan dari pemerintah pusat melemah.

4) Administrasi kekaisaran tidak lagi menjaga disiplin.

5) Sultan tidak peka pada opini publik.

6) Kualitas sultan yang memerintah semakin rendah pada abad ke-17 dan ke-18.

Sultan Selim I (1512–1520) adalah penguasa Turki Utsmani yang membuat kebijakan agar saudara raja harus dipenjara.

Setelah raja memiliki seorang putra, saudara laki-laki raja dan anak-anak mereka akan dibunuh.

Hal itu dilakukannya untuk mencegah pengkhianatan keluarga kerajaan.

Jika raja tidak memiliki putra dan meninggal, masih ada saudara laki-laki atau anak mereka yang naik takhta.

Hal itu diduga menjadi salah satu penyebab menurunnya kualitas raja-raja Turki Utsmani dalam dua abad terakhir, di mana seorang laki-laki yang baru keluar dari penjara dan tanpa pengalaman atau wawasan yang cukup bisa naik takhta.

Peristiwa 3 Maret 1924 adalah salah satu tragedi terbesar dalam sejarah umat Islam. Dengan runtuhnya kekhalifahan Islam terakhir, umat Islam kehilangan institusi pelindung dan pemersatu mereka.

Baca Juga: Mengapa Beberapa Penulis Sejarah Terkadang Hasilkan Kisah Berbeda saat Menulis Peristiwa yg Sama?

Artikel Terkait