Makna Paku Buwono, Gelar Raja Kerajaan Mataram Islam yang Bertahan Hingga Kini

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Foto keraton Mataram Surakarta.
Foto keraton Mataram Surakarta.

Intisari-online.com - Salah satu gelar raja yang paling dikenal dalam sejarah Jawa adalah Paku Buwono.

Gelar ini telah dipakai oleh raja-raja Mataram Islam sejak abad ke-18 hingga kini.

Namun, apa sebenarnya arti dan asal-usul gelar Paku Buwono?

Bagaimana pula peran dan kontribusi raja-raja Paku Buwono dalam sejarah politik, budaya, dan seni Jawa?

Gelar Paku Buwono pertama kali dipakai oleh Pangeran Puger, putra Amangkurat I, yang naik takhta menjadi Susuhunan Mataram pada tahun 1704.

Pangeran Puger menggantikan kakaknya, Amangkurat II, yang meninggal karena dibunuh oleh pemberontak.

Pangeran Puger memilih gelar Paku Buwono, yang berarti "paku yang menancap di bumi" atau "penguasa yang teguh dan kokoh".

Gelar ini menunjukkan keinginan Pangeran Puger untuk memulihkan kejayaan dan stabilitas kerajaan Mataram Islam, yang sempat mengalami kemunduran akibat perang saudara dan serangan Belanda.

Meskipun Paku Buwono I berhasil mengalahkan pemberontak dan menjalin hubungan baik dengan Belanda, kerajaan Mataram Islam masih menghadapi tantangan dari dalam.

Salah satu tantangan tersebut adalah perselisihan antara Paku Buwono II dan Mangkubumi, adiknya, yang bersaing memperebutkan takhta.

Perselisihan ini berujung pada perang saudara yang dikenal sebagai Perang Jawa atau Perang Suksesi.

Baca Juga: Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama Di Indonesia

Perang ini berlangsung selama 5 tahun, dari tahun 1749 hingga 1754.

Untuk mengakhiri perang saudara ini, Belanda turut campur tangan dengan menengahi perundingan antara kedua pihak.

Perundingan ini menghasilkan Perjanjian Giyanti pada tahun 1755.

Perjanjian ini memecah Mataram Islam menjadi dua kekuasaan, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Paku Buwono III menjadi raja pertama Surakarta, sedangkan Mangkubumi menjadi raja pertama Yogyakarta dengan gelar Hamengkubuwono I.

Peran dan Kontribusi Raja-Raja Paku Buwono

Meskipun terpecah menjadi dua kekuasaan, raja-raja Paku Buwono tetap berusaha mempertahankan eksistensi dan pengaruh mereka di Jawa.

Raja-raja Paku Buwono juga memberikan kontribusi dalam bidang politik, budaya, dan seni Jawa.

Beberapa contoh kontribusi raja-raja Paku Buwono adalah sebagai berikut:

- Paku Buwono IV (1788-1820) adalah raja Surakarta yang terlibat dalam Perang Diponegoro (1825-1830), perang melawan penjajahan Belanda yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro, cucunya.

Paku Buwono IV awalnya mendukung Diponegoro, tetapi kemudian berbalik mendukung Belanda karena merasa dikhianati oleh Diponegoro.

Baca Juga: Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama di Nusantara yang Menjadi Pusat Perdagangan Dunia

Paku Buwono IV juga dikenal sebagai raja yang mencintai kesenian dan budaya Jawa. Ia membangun beberapa bangunan bersejarah di Surakarta, seperti Masjid Agung Surakarta dan Museum Radya Pustaka.

- Paku Buwono X (1893-1939) adalah raja Surakarta yang terkenal sebagai tokoh nasionalis dan pendukung kemerdekaan Indonesia.

Ia merupakan salah satu pendiri organisasi Budi Utomo, organisasi pergerakan nasional pertama di Indonesia.

Ia juga mendirikan sekolah-sekolah modern di Surakarta, seperti Sekolah Tinggi Kedokteran dan Sekolah Tinggi Hukum.

Paku Buwono X juga mengembangkan kesenian dan budaya Jawa, seperti wayang, gamelan, dan batik.

- Paku Buwono XIII (2004-sekarang) adalah raja Surakarta yang saat ini masih memerintah.

Ia merupakan raja termuda dalam sejarah Surakarta, yang naik takhta pada usia 14 tahun.

Ia juga merupakan raja pertama yang menempuh pendidikan formal di luar negeri, yaitu di Australia.

Paku Buwono XIII berusaha menjaga tradisi dan budaya Jawa, sekaligus mengikuti perkembangan zaman. Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan.

Penutup

Gelar Paku Buwono merupakan gelar raja yang memiliki sejarah dan makna yang penting bagi kerajaan Mataram Islam.

Baca Juga: Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama di Nusantara yang Menjadi Pusat Perdagangan Dunia

Gelar ini telah dipakai oleh raja-raja Mataram Islam sejak abad ke-18 hingga kini.

Raja-raja Paku Buwono juga memberikan kontribusi dalam bidang politik, budaya, dan seni Jawa.

Gelar Paku Buwono merupakan salah satu warisan budaya yang patut dihormati dan dilestarikan.

Artikel Terkait