Perjanjian Saragosa membuat Portugis meneruskan kerjasama dengan Kerajaan Ternate di Maluku.
Intisari-Online.com -Perjanjian Saragosa benar-benar mengupah peta pelayaran dan pejelajahan pada abad ke-16.
Lewat perjanjian ini Spanyol dan Portugis sepakat untuk tidak saling "mengganggu" sama dengan lain.
Biang keroknya adalah rempah-rempah nusantara.
Bagaimanapun juga, barang satu ini memang menjadi komoditas berharga di Eropa sekitar abad ke-16.
Rempah-rempah juga membuat dua kekuatan penjejalahan besar Eropa, Portugis dan Spanyol, bersaing berselisih.
Perjanjian Saragosa adalah ikhtiar untuk mengakhiri perselisihan tersebut.
Pada 1494, Spanyol dan Portugis sepakat membelah dunia menjadi dua bagian lewat Perjanjian Tordesillas.
Garis lurus ditarik dari Kutub Utara ke Kutub Selatan di Kepulauan Tanjung Harapan.
Spanyol berkuasa atas sisi barat, sementara Portugis mendapat sisi timur.
Kondisi ini membuat Portugis berlayar ke arah Afrika, mengitari pantai barat benua itu dan menemukan India.
Tak berhenti di India, bangsa Portugis berlayar terus ke tenggara dan menemukan pulau-pulau yang menjadi cikal bakal Indonesia.
Pada 1509, Portugis di bawah komando Diogo Lopes de Sequeira sampai ke Malaka.
Tapi baru pada 1511, Portugis menaklukkan Malaka.
Kejayaan Portugis di Malaka tak bertahan lama.
Portugis pun terus menjelajah 'Kepulauan Rempah-rempah" hingga ke timur.
Pada 1512, Portugis menemukan Maluku, pusat rempah-rempah.
Portugis segera bersekutu dengan Ternate, kerajaan setempat dan membangun benteng di sana.
Sekitar sepuluh tahun kemudian,Spanyol tiba di Maluku setelah sebelumnya menemukan Filipina.
Kedatangan Spanyol menjadi ancaman bagi Portugis.
Sebab saat itu Portugis memonopoli perdagangan di Maluku.
Portugis dan Spanyol pun bersaing dengan memanfaatkan permusuhan kerajaan lokal.
Selama hampir satu dekade, keduanya berperang.
Spanyol bersekutu dengan Tidore untuk melawan Portugis yang bersekutu dengan Ternate.
Keduanya sebenarnya sudah mencoba menyelsaikan antara 1525 hingga 1528.
Portugis dan Spanyol masing-masing mengirimkan astronom, kartograf, navigator, dan ahli matematika untuk membagi Maluku sesuai dengan Perjanjian Torsedillas.
Sebab di Perjanjian Torsedillas, benua Asia hingga Asia Tenggara belum ditemukan dan disepakati pembagiannya.
Pada 22 April 1529, keduanya bertemu di Saragosa, Spanyol dan bersepakat lewat Perjanjian Saragosa.
Perjanjian Saragosa berisi garis demarkasi sekitar 297,5 leagues (952 mil laut) dari Maluku.
Lewat Perjanjian ini, Portugis berkuasa atas semua benua dan laut di barat garis itu, termasuk Asia dan kepulauan-kepulauan yang ditemukannya.
Sementara Spanyol hanya mendapat Samudra Pasifik.
Portugis tak mempermasalahkan Spanyol menguasai Filipina.
Dampak Perjanjian Saragosa yakni:
- Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan kegiatannya di Filipina
- Portugis tetap melakukan aktivitas perdagangan di Maluku.
Spanyol akhirnya angkat kaki dan Portugis kembali memonopoli perdagangan di Maluku.
Meski awalnya bersekutu, lama-kelamaan Kerajaan Ternate jengah juga dengan perilakuk Portugis.
Beberapa perlawanan kecil pernah dilakukan oleh Ternate, tapi berhasil diatasi dengan mudah oleh Portugis.
Hingga kemudian Kerajaan Ternate diperintah oleh Sultan Baabullah.
Sultan Baabullah memimpin peperangan melawan Portugis hingga lima tahun lamanya.
Setelah lima tahun, akhirnya Portugis angkat kaki dari Maluku untuk selama-lamanya.
Di bawah pimpinan Sultan Baabullah, Ternate mencapai puncak kejayaan, wilayah membentang dari Sulawesi Utara dan Tengah di bagian barat hingga Kepulauan Marshall di bagian timur, dari Filipina Selatan di bagian utara hingga kepulauan Nusa Tenggara di bagian selatan.