Kisah Rp14 Miliar untuk Merdeka, Sumbangan Rakyat Bangka untuk Republik Indonesia yang Terlupakan Sejarah

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi - Kemerdekaan Indonesia.
Ilustrasi - Kemerdekaan Indonesia.

Intisari-online.com - Pada tanggal 6 Juli 1949, Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, dan para menteri yang diasingkan di Bangka kembali ke Yogyakarta setelah menandatangani Perjanjian Roem-Royen dengan Belanda.

Sebelumnya, mereka mengadakan perpisahan dengan rakyat Bangka yang telah memberikan dukungan moral dan materi selama masa pengasingan mereka.

Salah satu bentuk dukungan rakyat Bangka adalah sumbangan uang sebesar f.90.170,18 atau nilai sekarang kurang lebih setara dengan Rp14 miliar.

Uang itu diserahkan langsung kepada Sukarno di sebuah gedung di Jl. Balai, sekarang Jl. KH Hasan Basri, kantor Koramil, disaksikan 3.000 orang rakyat Bangka.

Dana itu didapat dari para dermawan, hasil pertunjukan amal, lelang barang, dan penjualan bunga oleh kaum perempuan muda serta ibu-ibu di Bangka.

Penggalangan dana ini dilakukan secara terang-terangan di hadapan pejabat dan tentara Belanda yang menduduki Bangka.

Sukarno sangat terkesan dengan apa yang dilakukan rakyat Bangka. Ia menyebut rakyat Bangka sebagai "Republiken Sejati" atau Republikan Sejati.

Sayangnya, peristiwa ini telah dilupakan sejarah.

Padahal, sumbangan rakyat Bangka merupakan sumbangan terbesar dari rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Bandingkan dengan sumbangan Sultan Siak yang sebesar 13 juta Gulden Belanda atau sumbangan Kesultanan Yogyakarta yang sebesar 6,5 juta Gulden Belanda.

Sumbangan rakyat Bangka juga menunjukkan semangat nasionalisme dan patriotisme yang tinggi di tengah kondisi sulit dan tekanan penjajah.

Baca Juga: Dari Sekber Golkar Hingga Partai Golkar,Perjalanan Politik Golongan Karya di Indonesia

Rakyat Bangka tidak hanya memberikan uang, tetapi juga wilayah kerajaannya yang kaya akan sumber daya alam seperti timah dan migas.

Rakyat Bangka juga ikut berjuang bersama para pemimpin Republik ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II pada Desember 1948.

Mereka membantu mengamankan dan mengawal Sukarno, Hatta, dan para menteri yang ditawan Belanda dari Yogyakarta ke Prapat dan kemudian ke Bangka.

Rakyat Bangka juga menyediakan tempat tinggal dan fasilitas lainnya bagi para pemimpin Republik selama diasingkan di Bangka.

Mereka juga sering mengadakan acara-acara sosial dan budaya untuk menghibur dan memberi semangat kepada para pemimpin Republik.

Rakyat Bangka juga tidak pernah berhenti berkomunikasi dan berkoordinasi dengan pihak-pihak yang mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia, baik di dalam maupun di luar negeri.

Mereka juga terlibat dalam diplomasi politik untuk mencari jalan keluar dari penjajahan Belanda.

Oleh karena itu, sumbangan rakyat Bangka untuk Republik Indonesia yang baru merdeka tidak boleh terlupakan sejarah.

Sumbangan itu merupakan bukti nyata dari cinta tanah air dan pengorbanan rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Bagaimana Nasib Kantor VOC di Indonesia setelah Keruntuhan Perusahaan Dagang Belanda?

Artikel Terkait