Peristiwa Tabrakan Kereta Api Dan Truk Di Semarang, Ini Alasan Kereta Api Tak Bisa Berhenti Mendadak

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Setidaknya dibutuhkan jarak 1,6 kilometer bagi kereta api untuk bisa benar-benar berhenti sejak pengereman. Itulah kenapa tabrakan kereta api Brantas dan truk di Semarang tak terelakkan.
Setidaknya dibutuhkan jarak 1,6 kilometer bagi kereta api untuk bisa benar-benar berhenti sejak pengereman. Itulah kenapa tabrakan kereta api Brantas dan truk di Semarang tak terelakkan.

Setidaknya dibutuhkan jarak 1,6 kilometer bagi kereta api untuk bisa benar-benar berhenti sejak pengereman. Itulah kenapa tabrakan kereta api Brantas dan truk di Semarang tak terelakkan.

Intisari-Online.com -Berkaca dari kecelakaan yang melibatkan kereta api Brantas dan truk trailer di Semarang, ada alasan kenapa kereta api tidak bisa mengerem mendadak.

Menurut banyak publikasi, kereta api baru bisa benar-benar berhenti setidaknya 1,6 kilometer sejak pengereman.

Di Amerika Serikat, sebanyak1.225 orang meninggal dunia akibat tertabrak kereta api sejak 2012 hingga 2016.

Sebagian besar kecelakaan itu disebabkan lantara korban meneroboso palang kereta api ketika kereta api melintas.

Tingginya angka kejadian dan kematian menunjukkan banyak yang belum paham bahayanya menerobos palang kereta api.

Seperti disebut di awal, kereta api setidaknya membutuhkan 1,6 kilometer untuk bisa benar-benar berhenti sejak pengereman.

Hal ini merupakan perhitungan dengan rata-rata panjang kereta 1,6 sampa 2 kilometer yang bergerak dengan kecepatan 88 hingga 128 kilometer per jam.

Panjangnya jarak yang dibutuhkan untuk kereta berhenti bergantung pada beberapa faktor berikut ini:

1. Berat kendaraan

Jarak ini tentu sangat panjang dibandingkan dengan jenis kendaraan yang lainnya.

Misalnya mobil penumpang biasa yang berjalan dengan kecepatan 88 kilometer per jam akan berhenti setelah 60 meter, jika kondisi jalanan kering dan rem dalam kondisi yang baik.

Semakin besar dan berat kendaraan, jarak yang dibutuhkan untuk kendaraan tersebut benar-benar berhenti semakin panjang.

Ini sudah menjadi alasan pertama mengapa kereta sulit berhenti.

Rata-rata rangkaian kereta akan bergerak dengan rangkaian 8 sampai 12 gerbong.

Dengan jumlah rangkaian tersebut, bobot kereta yang bergerak mencapai 6.000 ton.

Perlu energi yang besar untuk membuat kereta bisa berhenti.

2. Sistem pengereman

Sistem pengereman kereta berbeda dengan yang ada pada kendaraan lainnya, seperti mobil.

Kereta adalah kendaraan yang hanya bisa bergerak maju mengikuti rel membawanya, tanpa bisa berbelok.

Ketika kereta bergerak, kereta menghasilkan energi kinetik yang besar.

Energi inilah yang harus diubah untuk membuat kereta berhenti.

Sejauh ini, terdapat dua cara yang telah diterapkan untuk menghentikan kereta.

Pertama dengan pengereman balok, kedua dengan rem udara.

Pengereman yang pertama adalah pengereman yang digunakan pada kereta zaman dahulu.

Terdapat blok yang menempel pada roda sehingga menghasilkan energi panas dan akan memperlambat jalannya kereta hingga berhenti.

Pengereman yang kedua adalah yang paling banyak digunakan saat ini.

Konsepnya adalah dengan mengompresi udara dan disimpan hingga proses pengereman terjadi.

Saat masinis mengaktifkan sistem pengereman, udara tadi akan didistribusikan melalui pipa kecil di sepanjang roda dan membuat friksi pada roda.

Friksi ini yang akan membuat kereta berhenti.

Walaupun kereta telah dilengkapi dengan rem darurat, rem ini tetap tidak bisa berhenti mendadak.

Rem ini hanya menghasilkan lebih banyak energi dan tekanan udara yang lebih besar untuk menghentikan kereta lebih cepat.

Jadi, walaupun masinis melihat ada yang menerobos palang kereta, biasanya akan tetap terlambat untuk melakukan pengereman.

3. Ilusi jarak kereta

Kereta memiliki ukuran yang sangat besar dengan tinggi 5 meter dan lebar 3 meter.

Bersama dengan rel keretan yang lurus, serta sudut pandang manusia terhadap kereta, hal ini membuat ilusi optik.

Ilusi yang tercipta adalah kereta berjalan lambat dan terlihat masih jauh.

Padahal kereta bergerak jauh lebih cepat dan dekat daripada yang kita lihat.

Ilusi optik ini sering membuat orang menganggap remeh ketika menyeberang rel kereta.

Mereka menyangka kereta masih jauh, padahal kereta sudah sangat dekat dan bisa menabrak mereka.

Cara aman melintasi rel kereta

Untuk pengendara kendaraan bermotor dan pejalan kaki yang melintasi pintu kereta, Anda harus melalukan beberapa hal berikut ini:

1. Perlambat kecepatan ketika akan menyeberang.

2. Melihat ke kanan kiri, serta mendengar jika ada suara kereta mendekat atau suara peringatan pintu kereta.

3. Ketika pintu sudah berbunyi, jangan justru menambah kecepatan untuk segera menyeberang.

4. Segera berhenti dan tunggu hingga kereta lewat.

5. Setelah kereta lewat, ikuti arahan petugas untuk berjaga-jaga jika ada kereta kedua yang akan lewat.

6. Pastikan Anda berhenti di tempat yang memiliki jarak aman dari rel agar tidak tertabrak kereta yang akan melintas.

Namun, jika Anda melintasi pintu kereta kecil yang tidak ada pintunya, Anda harus waspada dua kali lipat dibandingkan jika melewati pintu aktif.

Anda harus benar-benar menunggu hingga kondisi aman sebelum menyeberang.

Artikel Terkait