Pemerintah Belanda mengembalikan ratusan benda bersejarah kepada pemerintah Indonesia, di antaranya empat arca dari Kerajaan Singasari.
Intisari-Online.com -Entah ada berapa banyak benda bersejarah Indonesia yang tersimpan ne negeri Belanda.
Terlepas dari itu semua, pemerintah Belanda ternyata punya niat baik untuk mengembalikan benda-benda tersebut.
Meskipun secara bertahap.
Yang paling baru, pemerintah Belanda telah mengembalikan sejumlah benda bersejarah, di antaranya adalah empat arca yang berasal dari Kerajaan Singasari.
Dilaporkan Kompas.com, serah terima tersebut dilakukandi Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda Senin (10/7).
Empat arca itu adalaharca Durga, Mahakala, Nandishvara, dan Ganesha.
Masih menurut laporan Kompas.com, pemerhati sejarah Malang, Restu Respati mengungkapkan, empat arca itu mulanya dibawa ke Belanda atas laporan Nicholaus Engelhard, Gubernur Pantai Timur Jawa pada tahun 1801.
Laporan tersebut berisi tentang adanya reruntuhan bangunan candi di daerah Malang.
Bangunan candi itu kelak dikenal sebagai Candi Singosari.
Pada 1804, dilakukan pemindahan arca-arca dari reruntuhan candi. Kemudian, tahun 1819 arca-arca tersebut dibawa ke Belanda.
"Beberapa arca Candi Singosari berada di Museum Volkenkunde di Leiden, Belanda," kata Restu kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (11/7/2023).
Dia menyebutkan, ada enam arca di museum tersebut, yakni Bhairawa, Mahakala, Nandiswara, Nandi, Ganesha, dan Durga Mahisasuramardini.
"Kini empat dari 6 arca itu sudah berhasil dipulangkan atas usaha pemerintah Indonesia," katanya.
Restu pun mengapresiasi pengembalian benda-benda bersejarah milik Indonesia tersebut.
"Kami mengapresiasi pengembalian itu. Itu merupakan usaha pemerintah Indonesia untuk meminta ke pemerintah Belanda," ungkapnya.
Pengembalian itu benda bersejarah milik Kerajaan Singasari itu, lanjut dia, bukan merupakan yang pertama kalinya.
Sebelumnya, Arca Prajna Paramita dan ratusan naskah juga sudah dikembalikan.
"Program pengembalian ini tampaknya akan terus dilakukan, secara berkala. Meskipun, di Indonesia benda-benda itu tidak disimpan di daerah asalnya, tapi di Museum Nasional," ujarnya.
"Tapi saya kira itu keputusan bagus. Sebab di Museum Nasional itulah tempat penyimpanan benda bersejarah yang ideal dan sesuai standar nasional."
Bagi Restu, pengembalian benda bersejarah milik Indonesia itu adalah niat baik dari pemerintah Belanda yang patut diapresiasi.
Dia berharap, pemerintah Indonesia dapat menjaga dan merawat dengan baik benda-benda yang telah dipulangkan.
"Jangan sampai ada peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan, seperti kehilangan kan banyak terjadi," ujarnya.
Penyerahan koleksi benda bersejarah ini diterima secara langsung oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek, Hilmar Farid dari Menteri Muda bidang Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan, Kerajaan Belanda, Gunay Uslu.
Pemerintah Indonesia menyambut baik penyerahan koleksi benda-benda bersejarah ini dan akan merawat koleksi-koleksi tersebut dengan hati-hati.
"Indonesia, dalam hal ini Kemendikbudristek akan melakukan konservasi dan pemanfaatan terbaik untuk benda-benda budaya ini," kata dia mengutip keterangan resminya.
Sebanyak 472 benda bersejarah yang diserahkan ini terbagi menjadi empat koleksi.
Masing-masing terdiri dari sebuah Keris Puputan Klunkung dari Kerajaan Klungkung, Bali, empat arca era Kerajaan Singasari, 132 benda seni koleksi Pita Maha Bali, dan 335 harta karun jarahan Ekspedisi Lombok 1894.
Empat arca era Kerajaan Singasari yang merupakan primadona dari abad ke-13 Masehi, selama ini tersimpan di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda.
Empat arca ini berasal dari Candi Singasari yang didirikan untuk menghormati kematian Raja Kertanegara, dinasti terakhir Kerajaan Singasari.
Sementara itu, 132 benda seni koleksi Pita Maha Bali antara lain karya lukisan, ukiran kayu, benda-benda perak, dan tekstil para maestro seniman yang tergabung di dalam kelompok seni Pita Maha.
Salah satunya, Paguyuban seniman Bali yang didirikan pada 29 Januari 1936 oleh Tjokorda Gde Agung Sukawati, I Gusti Nyoman Lempad, Walter Spies, dan Rudolf Bonet.
Kemudian, 335 benda yang merupakan objek dari Puri Cakranegara, Lombok, sebelumnya tersimpan di Tropenmuseum.
Sedangkan Keris Puputan Klungkung sudah sejak lama menjadi koleksi Museum Volkenkunde, Leiden.
Hilmar mengungkapkan, repatriasi benda bersejarah ini bukan sekadar memindahkan barang dari Belanda ke Indonesia.
Melainkan untuk mengungkap pengetahuan sejarah dan asal-usul benda-benda seni bersejarah yang selama ini belum diketahui masyarakat.
"Jauh sebelum benda-benda tersebut kembali ke Indonesia, kedua komite repatriasi dari Indonesia dan Belanda bekerja sama melakukan serangkaian pertemuan dan diskusi, untuk membahas makna dari benda-benda tersebut bagi kedua bangsa, baik di masa lalu maupun di masa kini," ujar Hilmar.
Dia menilai, kerja sama kedua negara dalam bidang repatriasi ini berkembang ke arah yang positif.
Dengan mengembangkan program-program kerja sama museum dan penelitian yang melibatkan para ahli dari kedua negara.
Serta pengembangan program beasiswa bagi para sarjana yang melakukan penelitian di dalam bidang repatriasi benda kolonial.
Menurut Dosen FK UMM "Proyek repatriasi benda bersejarah ini adalah momentum penting untuk menumbuhkan saling pemahaman dan kesetaraan di antara kedua bangsa," ungkapnya.