Selain sebagai kerajaan agraris yang subur, Mataram Kuno juga merupakan kerajaan maritim. Relief di Candi Borobudur disebut sebagai salah satu buktinya.
Intisari-Online.com - Kerajaan Medang, atau yang lebih sering kita kenal sebagai Mataram Kuno, identik dengan kerajaan agraris.
Tapi tak banyak yang tahu, Mataram Kuno punya kekuatan maritim yang kuat.
Hal ini dibuktikan denganbeberapa penilitian yang menemukan bahwa Mataram Kuno juga maju dalam bidang maritim.
Apasa saja bukti Mataram Kuno adalah kerajaan maritim?
Lihat saja relief Candi Borobudur
Bukti pertama soal dugaan Mataram Kuno sebagai kerajaan maritim adalah relief Candi Borobudur.
Candi Borobudur dikenal sebagai peninggalan dan sekaligus bukti kejayaan Mataram Kuno.
Candi Borobudur diperkirakan setelah dibangun di masa Raja Samaratungga di awal abad ke-9.
Terdapat 2.672 panel relief di Candi Borobudur dan beberapa di antaranya menggambarkan perahu-perahu pada masa lalu.
Relief-relief perahu yang terpahat di Candi Borobudur menjadi data arkeologis untuk menelusuri jejak kemaritiman Mataram Kuno.
Beberapa jenis perahu tergambar di panel-panel relief Candi Borobudur.
Di Candi Borobudur, ada relief bergambar perahu berukuran kecil yang biasa digunakan di sungai atau laut dekat pantai.
Ada juga gambar perahu berukuran besar yang biasa digunakan di lautan lepas atau samudera.
Keberadaan relief-relief perahu di Candi Borobudur bisa menjadi petunjuk bahwa Mataram Kuno telah mengenal teknologi perahu.
Bukan hanya itu, relief Candi Borobudur juga memunculkan spekulasi bahwa ada masyarakat Mataram Kuno yang telah berprofesi sebagai nakhoda perahu pada masa itu.
Temuan perahu kuno di Rembang
Jejak arkeologis Mataram sebagai kerajaan maritim juga terlihat dari penemuan sebuah perahu kuno di Desa Punjulharjo, Rembang.
Perahu kuno itu ditemukan dalam kondisi utuh dan telah diteliti oleh Balai Arkeologi Yogyakarta pada 2008.
Namun, hingga kini, belum diketahui dengan pasti dari mana perahu itu berasal.
Perahu kuno yang ditemukan di Rembang itu disebutkan dibuat pada sekitar tahun 660-780 Masehi atau pada masa kekuasaan Sriwijaya di Sumatera dan Mataram Kuno di Jawa.
Belum diketahui apakah perahu tersebut merupakan milik Sriwijaya atau Mataram Kuno.
Perahu kuno itu memiliki ukuran cukup besar dengan panjang 15 meter dan lebar 4,6 meter.
Dengan ukuran besar tersebut, perahu ini diperkirakan digunakan dalam perdagangan dan telah mengarungi lautan lepas.
Pakar arkeologi maritim dari EFEO Perancis, Manguin, menyebutkan perahu itu memiliki kapasitas 60 ton dengan jumlah penumpang sekitar 24 orang.
Manguin juga menyatakan bahwa perahu itu bukan jenis perahu nelayan atau perahu perang, melainkan perahu dagang pada era kuno.
Namun, secara umum, perahu itu memiliki ciri-ciri teknologi perahu Nusantara atau Asia Tenggara, yakni menggunakan teknik papan ikat dan kupingan pengikat.
Akan tetapi, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan apakah perahu itu bisa dijadikan bukti bahwa Mataram adalah kerajaan maritim di Nusantara.
Prasasti Puhawang Glis
Bukti Mataram sebagai kerajaan maritim juga dapat dilihat dari Prasasti Puhawang Glis atau disebut juga Prasasti Gondosuli.
Prasasti itu ditemukan di Desa Gondosuli, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Dalam prasasti yang ditulis dengan aksara Jawa kuno dan bahasa Melayu kuno itu disebutkan bahwa Dang Puhawang Glis serta istrinya meresmikan sima 8 paro terang bulan Jyesta tahun 749 Saka atau 7 Mei 827 Masehi.
Prasasti itu menuliskan tentang puja bakti yang dilakukan oleh seorang nakhoda kapal untuk sebuah bangunan suci di Gondosuli.
Oleh karena itu, Dang Puhawang Glis diduga adalah seorang nakhoda yang berasal dari Jawa atau Mataram Kuno.
Dengan demikian, keberadaan seorang nakhoda pada masa Mataram Kuno bisa menjadi salah satu bukti bahwa kerajaan itu juga maju dalam bidang maritim.
Meskipun demikian, diperlukan lebih banyak penelitian lebih mendalam untuk mencari bukti kuat bahwa Mataram adalah salah satu kerajaan maritim di Nusantara.