Menurut catatan sejarah, orang Indonesia pertama yang naik haji terjadi pada abad ke-17, seorang kerabat Kesultanan Banten.
Intisari-Online.com -Siapa orang Indonesia pertama yang naik haji?
Pertanyaan di atas tentu selalu terngiang di benak kita, mengingat begitu banyaknya jumlah jamaah haji asal Indonesia.
Saban tahun, Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah jamaah haji terbesar.
Menurut buku Naik Haji di Masa Silam, catatan pertama tentang haji muncul di akhir abad ke-15.
Itu adalah tentang kisah Hang Tuang atau Laksamana Melaka, sekitar tahun 1482.
Meski begitu, versi lain tentang sosok orang Indonesia pertama yang pergi haji ada beberapa.
Sosok itu adalah Pangeran Abdul Dohhar, putra dari Sultan Ageng Tirtayasa dari Kerajaan Banten.
Pangeran Abdul Dohhar pergi haji pada tahun 1630.
Ia berangkat bersama rombongan pedagang dan ulama dari Nusantara, yang menggunakan kapal layar sebagai alat transportasi.
Perjalanan haji pada masa itu sangat berat dan memakan waktu lama, bisa mencapai berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Pangeran Abdul Dohhar harus melewati beberapa tempat sebelum sampai ke Makkah, seperti Aceh, India dan Yaman.
Di setiap tempat, ia harus berganti kapal dan menghadapi berbagai risiko, seperti penyakit, perompakan, perang dan lain-lain.
Banyak jemaah haji yang tidak berhasil sampai ke Tanah Suci atau pulang dalam keadaan sakit atau meninggal.
Namun, Pangeran Abdul Dohhar tidak putus asa dan tetap bersemangat untuk menunaikan ibadah haji.
Ia juga memanfaatkan perjalanan hajinya untuk belajar ilmu agama dari para ulama di Makkah dan Madinah.
Sementara menurut sejarawan Azyumardi Azra, pergi haji bagi orang Indonesia dahulu tak sekadar beribadah.
Azra menyebut bahwa perjalanan ibadah haji Muslim Indonesia bertama kali terjadi pada abad 16 dan semakin masif pada abad 16.
Semakin banyaknya Muslim yang naik haji ketika itu, lanjut Azra seperti dikutip dari laman resmi Muhammadiyah.or.id, semakin berkembanglah Islam di Nusantara.
"Perkembangan Islam semakin masif dan ini kemudian ditunjang dengan mulai berkembangnya kerajaan-kerajaan, kesultanan-kesultanan terutama sejak awal abad 16," ujar Azra.
"Yang kesultanan-kesultanan ini terlibat dalam perdagangan internasional."
Masih menurut mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah itu, kerajaan-kerajaan Islam yang rutin mengirim delegasi ke Mekkah, antara lain ada Kerajaan Mataram Islam, Banten, juga Aceh.
Bahkan delegasi dari Aceh bukan hanya ke Mekkah, tetapi juga dikirim sampai ke Istanbul, Turki.
Seperti disebut di awal, pergi haji tak sekadar ibadah bagi Muslim Nusantara ketika itu.
Azra menegaskan, keberangkatan haji mereka juga sebagai wahana untuk mendapatkan pengakuan dari Usmani ketika itu.
Para haji ini kemudian mendapat gelar "Ashabul Jawi" atau orang-orang Jawa awal di Makkah dan Madinah.