Intisari-online.com - Salah satu koleksi Keraton Yogyakarta yang menarik perhatian adalah manuskrip Serat Baratayuda.
Manuskrip ini mengisahkan perang saudara yang terjadi antara Pandawa dan Kurawa, dua kelompok saudara sepupu yang bertikai dalam kisah Mahabharata.
Manuskrip ini dibuat pada zaman Sri Sultan Hamengku Buwana VII-VIII, sekitar abad ke-19 Masehi.
Manuskrip Serat Baratayuda ditulis dengan huruf Jawa dan diberi hiasan gambar-gambar yang mirip dengan tokoh-tokoh wayang kulit.
Gambar-gambar ini dibuat dengan teknik tata sungging wayang, yaitu proses pewarnaan dan penghiasan wayang kulit dengan menggunakan cat alami dan kuas halus.
Proses pembuatan manuskrip ini tentu memerlukan waktu yang lama dan konsentrasi yang tinggi dari para ahli.
Manuskrip Serat Baratayuda memiliki makna filosofis yang mendalam bagi Keraton Yogyakarta.
Karena Keraton bersendikan Islam, maka Pandawa melambangkan lima rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji.
Sedangkan Kurawa melambangkan seratus dosa yang harus dilawan oleh manusia.
Meski banyak korban berjatuhan dalam perang saudara tersebut, pada akhirnya Pandawa berhasil memenangkan peperangan dan mendapatkan keadilan.
Manuskrip Serat Baratayuda menjadi salah satu benda koleksi yang dipamerkan kepada Kaisar Jepang Naruhito saat berkunjung ke Keraton Yogyakarta pada Rabu, 21 Juni 2023.
Baca Juga: Ada Anggota JKT48 Yang Ternyata Masih Punya Darah Mataram Islam, Ini Profil Freya Jayawardana
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR