Intisari-online.com - Indonesia dan Palestina memiliki ikatan yang kuat dan saling mendukung sejak masa perjuangan kemerdekaan.
Salah satu tokoh Palestina yang berperan bagi Indonesia adalah Muhammad Ali Taher, seorang raja media dan saudagar kaya yang tidak ragu-ragu membantu perjuangan Indonesia.
Muhammad Ali Taher lahir pada tahun 1896 di Nablus, kota di Tepi Barat (West Bank) bagian utara, sekitar 49 kilometer utara Yerusalem, Palestina.
Nablus, pada 72 M oleh kaisar Romawi Vespasianus dikenal dengan Flavia Neapolis, merupakan pusat perdagangan dan budaya Palestina. Ayah Muhammad Ali Taher bernama Aref Eltaher dan ibunya Badieh Kurdieh.
Muhammad Ali Taher merupakan salah satu dari tujuh bersaudara -tiga perempuan dan empat laki-laki. Keluarganya berasal dari marga Jaradat, yang tersebar di seluruh Palestina bagian utara.
Termasuk keturunan Juhayna, salah satu marga terkenal di Arab Saudi.
Muhammad Ali Taher pindah ke Mesir pada Maret 1912, pertama kali tiba di Port Said sebelum menetap di Kairo.
Memulai karier sebagai jurnalis di surat kabar Fata Al Arab yang berbasis di Beirut.
Dia pernah menulis artikel yang memperingatkan niat gerakan Zionis untuk membangun negara Yahudi di Palestina.
Muhammad Ali Taher kemudian menerbitkan surat kabar miliknya sendiri dan semasa hidupnya punya tiga surat kabar, yaitu Ashoura, Al-Shabab, dan Al-Alam Al-Masri.
Muhammad Ali Taher adalah salah satu tokoh Palestina yang sangat mencintai Indonesia dan dekat dengan para pemuda pejuang Indonesia di Timur Tengah.
Baca Juga: Kisah Pangeran Samber Nyowo, Pendiri Mangkunegaran yang Berasal dari Pemberontakan Mataram Islam
Dia juga merupakan sahabat dari Presiden Soekarno dan Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim.
Muhammad Ali Taher sangat aktif melobi negara-negara di Timur Tengah yang sudah merdeka dan berdaulat di Liga Arab untuk mengakui kemerdekaan Indonesia.
Salah satu bukti kesetiaan Muhammad Ali Taher kepada Indonesia adalah ketika ia merelakan semua kekayaannya untuk mendukung Indonesia saat menghadapi Agresi Militer II Belanda pada tahun 1948.
Dia memberikan semua uangnya yang tersimpan di Bank Arabia kepada Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia, Mohamed Zein Hassan, tanpa meminta tanda bukti penerimaan.
"Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia," kata Muhammad Ali Taher kepada Mohamed Zein Hassan.
Penghargaan
Atas jasanya yang besar bagi Indonesia, Muhammad Ali Taher mendapat penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana dari Presiden Soeharto pada tahun 1973.
Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk pengakuan dan penghormatan atas jasa-jasa luar biasa dalam membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Muhammad Ali Taher meninggal dunia pada tahun 1974 di Kairo, Mesir, dalam usia 78 tahun. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman keluarga Eltaher di Nablus, Palestina.
Muhammad Ali Taher adalah sosok yang patut dicontoh dan dihormati oleh bangsa Indonesia.
Dia telah menunjukkan solidaritas dan kepedulian yang tinggi terhadap nasib bangsa lain yang sedang berjuang untuk merdeka.
Baca Juga: Siapa Sosok Jusuf Hamka, Kok Berani-beraninya Tagih Utang Ke Pemerintah 179 Miliar?
Semoga kisahnya dapat menginspirasi kita semua untuk terus bersatu dan berjuang untuk keadilan dan kemanusiaan.