Inilah Peristiwa Ketika Pangeran Amir, 'Kakek Pangeran Antasari' Dibuang ke Sri Lanka oleh Belanda

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Pangeran Amir merupakan kakek dari Pangeran Antasari, gambar tersebut merupakan Pangeran Antasari.
Ilustrasi - Pangeran Amir merupakan kakek dari Pangeran Antasari, gambar tersebut merupakan Pangeran Antasari.

Intisari-online.com -Pangeran Amir bin Sultan Kuning adalah salah satu tokoh sejarah yang pernah memimpin Kerajaan Banjar pada abad ke-18.

Ia merupakan kakek dari Pangeran Antasari, pahlawan nasional Indonesia yang memimpin perang Banjar melawan Belanda.

Namun, nasib Pangeran Amir tidak seberuntung cucunya. Ia harus mengalami penangkapan dan pengasingan oleh Belanda karena perlawanannya.

Peristiwa penangkapan Pangeran Amir terjadi pada 14 Mei 1787. Saat itu, ia bersama 3.000 pengikutnya melakukan serangan terhadap benteng Belanda di Martapura, ibu kota Kerajaan Banjar saat itu.

Serangan ini dilakukan sebagai balasan atas pembunuhan Sultan Tamjidillah I oleh Belanda pada tahun 1772.

Sultan Tamjidillah I adalah ayah dari Pangeran Amir dan Sultan Banjar ke-10.

Namun, serangan Pangeran Amir tidak berhasil.

Ia dan pengikutnya berhasil ditaklukkan oleh pasukan Belanda yang dipimpin oleh Residen Pieter Anthonie van der Parra.

Pangeran Amir kemudian ditangkap dan dibawa ke Batavia (Jakarta). Di sana, ia diadili oleh Dewan Perang Hindia Belanda dan dijatuhi hukuman mati.

Namun, hukuman mati itu tidak dilaksanakan.

Sebagai gantinya, Pangeran Amir diasingkan ke Sri Lanka (Ceylon) bersama beberapa pengikutnya.

Baca Juga: Di Balik Peristiwa Penculikan 5 Petugas BTS Oleh KKB, Bagaimana OPM Berdiri Di Tanah Papua?

Di sana, ia tinggal di sebuah rumah tahanan di kota Colombo. Ia tidak pernah bisa kembali ke tanah airnya dan meninggal di pengasingan pada tahun 1796.

Pengasingan Pangeran Amir merupakan salah satu contoh dari kekejaman Belanda terhadap para penguasa dan pejuang lokal yang menentang penjajahan mereka.

Meskipun demikian, perjuangan Pangeran Amir tidak sia-sia.

Ia telah menunjukkan semangat patriotisme dan nasionalisme yang kemudian diwariskan kepada cucunya, Pangeran Antasari, yang juga berani melawan Belanda hingga akhir hayatnya.

Perjuangan cucu Pangeran Amir, yaitu Pangeran Antasari, dimulai ketika ia menjadi pemimpin tertinggi Kerajaan Banjar pada tahun 1862.

Ia menggantikan ayahnya, Pangeran Hidayatullah, yang ditangkap dan dibuang oleh Belanda pada tahun 1859.

Pangeran Hidayatullah adalah putra sulung Pangeran Amir dari istri pertamanya.

Pangeran Antasari bersama rakyat Banjar menyerang tambang batu bara milik Belanda di Pengaron pada 25 April 1859.

Serangan ini merupakan awal dari Perang Banjar yang berlangsung hingga tahun 1905.

Perang ini melibatkan rakyat Banjar dan suku Dayak yang bersatu melawan penjajahan Belanda.

Pangeran Antasari menggunakan strategi perang gerilya dengan membangun kerajaan baru di pedalaman dan membuat benteng-benteng pertahanan di hutan-hutan.

Baca Juga: Pangeran Seda Krapyak, Penerus Kerajaan Mataram Islam yang Menantang VOC

Ia juga menjalin kerja sama dengan Kesultanan Kutai melalui kerabatnya di Tenggarong.

Kemudian berhasil menguasai wilayah Martapura, Hulu Sungai, Riam Laut hingga Tabalong.

Pangeran Amir bin Sultan Kuning adalah salah satu tokoh sejarah yang patut kita kenang dan hormati.

Ia adalah bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah.

Semoga kisah hidupnya dapat menginspirasi kita untuk tetap mencintai tanah air dan menjaga kemerdekaannya.

Artikel Terkait