Intisari-Online.com - Fakta menyebutkan bahwa ternyata enam puluh persen pelamar kerja tak segan untuk berbohong saat melamar kerja.
Hal tersebut disampaikan oleh Pakar Grafologi, Deborah Dewi, dalam Festival Bohong Indonesia 2015.
Dengan topik "Rekrutmen untuk Startup dan Teamwork," yang diadakan di Coclave Wijaya, Jakarta (14/11/2015), Festival Bohong Indonesia, mengungkapkan bahwa aksi akal-akalan calon pegawai ini dapat berdampak negatif.
Sebab, dapat membuat kondisi kerjasama kelompok dalam perusahaan menjadi tak nyaman, dan juga mempengaruhi sirkulasi keluar masuk karyawan.
Untuk itu, ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mencegah salah rekrutmen pegawai, yakni diantaranya dengan mendeteksi kebohongan lewat tulisan tangan.
"Tulisan tangan sendiri adalah interaksi dari banyak struktur dan sirkuit di otak. Sebab, semua digerakkan oleh otak, maka tulisan tangan dapat dianalisa untuk melihat kepribadian penulisnya," ungkap Deborah.
Selain tulisan tangan, kebohongan pelamar kerja dapat juga dideteksi lewat forensic interview dan behavior analysis, misalnya analisa facial micro expression.
Pakar Deteksi Kebohongan, Handoko Gani, MBA, BAII menyebutkan, "Dalam setiap percakapan dengan orang lain, tidak ada tanda pasti bahwa seseorang tersebut berbohong,".
Selanjutnya, Handoko menambahkan bahwa kontak mata, gerakan tangan, maupun suara gugup tak menjamin seseorang berbohong atau tidak.
Handoko mengatakan bahwa deteksi kebohongan dapat diketahui dengan modifikasi pertanyaan dan melakukan wawancara dengan optimal untuk menggali informasi sejujur-jujurnya.
(kompas.com)