Intisari-Online.com -Tambang Freeport di Papua merupakan salah satu operasi penambangan emas dan tembaga terbesar di dunia.
Namun, di balik kekayaan sumber daya alam yang dihasilkan, ada dampak memprihatinkan yang ditimbulkan oleh aktivitas penambangan tersebut.
Sebuah foto yang diambil oleh satelit NASA dari angkasa luar menunjukkan lubang raksasa yang menganga akibat penggalian tanah di kompleks tambang Grasberg.
Freeport sendiri kembali menjadi pembicaraan hangat usai Pemerintah Joko Widodo dikabarkan mau memperpanjang kontrak perusahaan tersebut.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pertimbangan pemerintah untuk memperpanjang kontrak Freeport adalah untuk menjaga produksi tambang di Indonesia agar tidak menurun.
Selain itu, pemerintah juga ingin memastikan bahwa Freeport tetap beroperasi hingga cadangan mineralnya habis.
Bahlil menuturkan, Freeport mampu memproduksi konsentrat tembaga sebanyak 3 juta ton per tahun.
Dari jumlah tersebut, 1,3 juta ton diolah di smelter lama dan sisanya sebanyak 1,7 juta ton akan diolah di smelter baru yang masih dibangun.
Konsentrat tembaga tersebut diprediksi akan habis pada tahun 2035.
"Kalau dia (Freeport) tutup, siapa yang rugi? Ini Freeport bukan lagi punya Amerika, sekarang punya Indonesia, 51 persen,” kata Bahlil.
Harta Karun di Tanah Papua
Pulau Papua dikenal sebagai pulau di Indonesia yang menyimpan harta karun. Di pulau paling timur Indonesia ini terpendam sumber daya emas terbesar di Indonesia.
Kompleks Tambang Grasberg yang terletak di Pegunungan Sudirman atau dikenal sebagai Tambang Freeport adalah salah satu operasi penambangan emas dan tembaga terbesar di dunia.
Pegunungan Sudirman membentuk bagian barat Rentang Maoke yang membentang melintasi Papua dari barat ke timur-tenggara.
Rentang ini dibentuk oleh tabrakan lempeng tektonik Pasifik yang bergerak ke utara dan Pasifik yang bergerak ke utara.
Intrusi magma panas ke lapisan batuan sedimen selama pengangkatan pegunungan menghasilkan pembentukan bijih yang mengandung tembaga dan emas.
Bijih tembaga yang kaya ditemukan di daerah itu pada 1936, dan bijih yang mengandung emas Grasberg ditemukan tahun 1988.
Melansir Forbes, pada 2017 tambang Freeport ini menghasilkan 756 juta dollar AS (Rp10 triliun) dari penambangan emas dan tembaga.
Lubang Raksasa yang Menganga
Namun, di balik kekayaan sumber daya alam yang dihasilkan, ada dampak memprihatinkan yang ditimbulkan oleh aktivitas penambangan tersebut.
Sebuah foto yang diambil oleh satelit NASA dari angkasa luar menunjukkan lubang raksasa yang menganga akibat penggalian tanah di kompleks tambang Grasberg.
Melansir earthobservatory.nasa.gov, foto tersebut mengilustrasikan bagian lubang terbuka selebar sekitar 4 kilometer dari kompleks tambang; ada juga pekerjaan tambang bawah tanah yang ekstensif.
Jalan akses untuk truk yang mengangkut bijih dan batuan sisa terlihat di sepanjang sisi lubang.
Dampak tambang Freeport terhadap lingkungan tidak hanya terlihat dari angkasa luar, tetapi juga dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Beberapa masalah lingkungan yang muncul akibat penambangan Freeport antara lain adalah pencemaran air, kerusakan hutan, erosi tanah, dan ancaman bagi keanekaragaman hayati.