Dalam pertempuran ini, pasukan Mangkunegara I berhasil mengalahkan pasukan VOC yang dipimpin oleh Nicolaas Hartingh.
Hartingh sendiri terluka parah dan nyaris tewas oleh Mangkunegara I jika tidak ditolong oleh bawahannya.
Hartingh kemudian memberikan julukan Pangeran Sambernyawa kepada Mangkunegara I karena keganasannya dalam bertempur.
Pada tahun 1755, Perang Jawa berakhir dengan Perjanjian Giyanti yang ditandatangani oleh VOC, Pakubuwana III, dan Mangkubumi.
Dalam perjanjian ini, Mataram dibagi menjadi dua: Surakarta di bawah Pakubuwana III dan Yogyakarta di bawah Hamengkubuwana I.
Namun, Mangkunegara I tidak puas dengan hasil perjanjian ini karena ia tidak mendapatkan wilayah atau kedudukan apa pun.
Mangkunegara I kemudian melanjutkan perjuangannya melawan VOC dan Surakarta dengan bantuan dari Cakraningrat IV dari Madura.
Mangkunegara I berhasil menguasai beberapa wilayah di sekitar Surakarta dan mengancam keamanan VOC dan Surakarta.
Ia juga mendapat dukungan dari rakyat yang menganggapnya sebagai pahlawan dan pemimpin yang adil.
Ia membangun sistem pemerintahan yang efektif dan mengatur perekonomian, pertanian, perdagangan, dan pendidikan di wilayahnya.
Pada tahun 1757, VOC dan Surakarta akhirnya mengakui kekuasaan Mangkunegara I dengan menandatangani Perjanjian Salatiga.
Dalam perjanjian ini, Mangkunegara I mendapatkan wilayah seluas 4.000 bau (sekitar 5.400 hektar) di sebelah timur Surakarta.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR