Ditipu Dengan Licik Saat Bulan Puasa Inilah Kisah Detik-Detik Penangkapan Pengeran Diponegoro oleh Belanda

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Belanda.
Ilustrasi - Penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Belanda.

Intisari-online.com - Pangeran Diponegoro adalah pahlawan nasional Indonesia yang memimpin Perang Jawa melawan Belanda selama lima tahun (1825-1830).

Perang ini merupakan perang yang paling sengit dan berdarah dalam sejarah Indonesia, dengan korban jiwa mencapai ratusan ribu orang.

Namun, di tengah perang yang panjang dan melelahkan itu, Pangeran Diponegoro tetap menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan khusyuk dan istiqomah.

Ia bahkan berpesan kepada Belanda agar tidak ada pertempuran selama bulan puasa, dan hanya melakukan perundingan secara damai.

Pangeran Diponegoro dan pasukannya menjalankan puasa di perkemahan di Matesih, dekat Kali Progo.

Di sana, mereka juga berdoa, membaca Al-Quran, dan bersilaturahmi dengan masyarakat sekitar.

Pangeran Diponegoro juga memperoleh bantuan dari Belanda berupa seekor kuda dan uang untuk biaya pengikutnya selama bulan puasa.

Puasa di bulan Ramadhan itu menjadi puasa yang tak biasa bagi Pangeran Diponegoro.

Sebab, di akhir bulan puasa itu, ia menghadapi ujian terberat dalam hidupnya, yaitu penangkapan oleh Belanda pada tanggal 28 Maret 1830 atau hari kedua Lebaran.

Penangkapan ini terjadi dengan cara licik dan tidak ksatria dari Belanda yang mengundang Pangeran Diponegoro untuk kunjungan silaturahmi di Magelang.

Penangkapan Pangeran Diponegoro menandai berakhirnya Perang Jawa dan kekalahan pihak Jawa.

Baca Juga: Salah Satunya Gadis Tionghoa 'Pemicu' Kekalahan Perang, Ini Deretan Kisah Asmara Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro kemudian dibuang ke Makassar dan meninggal di sana pada tahun 1855.

Ia dimakamkan di Kampung Melayu, Wajo, Makassar.

Selain Pangeran Diponegoro, ada juga tokoh-tokoh lain yang berperan penting dalam Perang Jawa. Di antaranya adalah Kyai Mojo, Sentot Alibasyah Prawirodirjo, dan Raden Saleh. Mereka juga turut berjuang dan berpuasa bersama Pangeran Diponegoro.

Kyai Mojo adalah seorang ulama yang menjadi penasihat rohani Pangeran Diponegoro.

Ia juga membantu menyebarkan dakwah dan menggalang dukungan rakyat untuk melawan Belanda.

Ia dikenal sebagai tokoh yang saleh dan zuhud. Ia meninggal pada tahun 1829 akibat luka-luka yang dideritanya dalam pertempuran.

Sentot Alibasyah Prawirodirjo adalah seorang panglima perang yang menjadi komandan pasukan Pangeran Diponegoro.

Ia dikenal sebagai pejuang yang gagah berani dan cerdik. Ia juga memiliki kemampuan menembak yang luar biasa.

Ia berhasil mengalahkan banyak pasukan Belanda dalam berbagai pertempuran. Ia ditangkap oleh Belanda pada tahun 1830 dan dibuang ke Ambon.

Raden Saleh adalah seorang pelukis terkenal yang menjadi saksi mata Perang Jawa. Ia adalah keponakan Pangeran Diponegoro dan sempat bergabung dengan pasukannya.

Baca Juga: Kisah Tragis Pangeran Diponegoro yang Dikhianati oleh Kekasihnya Sendiri

Ia membuat banyak lukisan yang menggambarkan peristiwa-peristiwa dalam Perang Jawa, termasuk lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro yang menjadi karya terkenalnya.

Ia meninggal di Bogor pada tahun 1880.

Tokoh-tokoh ini menunjukkan bahwa Perang Jawa adalah perang yang melibatkan banyak pihak, baik dari kalangan ulama, bangsawan, maupun seniman.

Mereka semua memiliki semangat yang sama untuk mempertahankan tanah air dan agama mereka dari penjajahan Belanda.

Mereka juga tidak lupa untuk menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan sebagai bentuk penghambaan diri kepada Allah SWT.

Artikel Terkait