Intisari-Online.com - Hasil riset Manulife Asset Management menemukan banyak orang di Asia, termasuk Indonesia, salah memperhitungkan persiapan finansial bagi masa pensiun mereka. Selain kerap lupa memperhitungkan pasangan saat menyiapkan dana pensiun, banyak orang yang menyiapkan dana pensiun untuk durasi yang lebih pendek dari yang akan mereka jalani.
Presiden Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Legowo Kusumonegoro menyebutkan rata-rata durasi pensiun orang Indonesia adalah selama 25,8 tahun. Sementara dari survei yang dilakukan Manulife, kebanyakan orang di Indonesia hanya mempersiapkan dana pensiun untuk 16,1 tahun.
Legowo menuturkan, ada lima hal yang dianggap menjamin kenyamanan hidup di masa pensiun di Indonesia.
Pertama, dukungan keluarga. Riset Manulife menyebutkan ada sekitar 20% orang di Indonesia masih berharap bantuan keuangan dari anak di masa tua. Jumlah ini lebih kecil ketimbang di Malaysia yang mencapai 42%.
Kedua, berharap memiliki pendapatan dengan bekerja lagi. Riset Manulife menyebutkan sekitar 75% orang di Indonesia berharap bisa bekerja lagi setelah masuk masa pensiun. Ini merupakan angka tertinggi di Asia. Bandingkan dengan di Singapura, di mana 71% orang yang berharap bekerja lagi pasca pensiun. Sedang di Malaysia hanya 34% orang berharap bekerja lagi di usia pensiun.
Tapi kenyataannya, jumlah pensiunan yang diserap bekerja lagi tidak terlalu tinggi. Di Indonesia, hanya sekitar 40% pensiunan yang bisa diserap bekerja kembali. Sementara di Malaysia hanya 21% dan di Singapura 26%.
Ketiga, berharap pada simpanan rumah tangga. Masalahnya, banyak orang Indonesia juga masih mengutamakan menyimpan duit di instrumen kas atau deposito. Sekitar 48% duit yang dimiliki penduduk di Indonesia masih ditempatkan di instrumen tersebut. Padahal, dengan menyimpan duit di instrumen kas atau deposito, orang tersebut tidak akan bisa memperoleh imbal hasil. Yang ada, imbal hasilnya malah minus.
Legowo menyebutkan, dalam sepuluh tahun terakhir, nilai duit seseorang yang disimpan di deposito justru minus 2,31% per tahun. Hal ini terjadi lantaran nilai duit tersebut tergerus pajak, risiko suku bunga serta kenaikan inflasi.
Keempat, jaminan sosial dari pemerintah. Dalam hal ini, jaminan sosial dapat menjadi perlindungan yang dapat membantu di masa tua nanti.
Kelima, berharap pada dana pensiun. Hanya saja, tidak semua perusahaan menyiapkan fasilitas dana pensiun bagi tenaga kerjanya. (Harris Hadinata/Kontan.co.id)