Tradisi Ngarak Beduk dan Koko’o Suhuru: Cara Unik Membangunkan Sahur di Kerajaan Islam Nusantara

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Tradisi unik sahur di Indonesia dari zaman kerajaan Islam Nusantara.
Tradisi unik sahur di Indonesia dari zaman kerajaan Islam Nusantara.

Intisari-online.con - Sahur adalah aktivitas makan atau minum yang dilakukan oleh umat Islam sebelum terbit fajar di bulan Ramadan.

Sahur memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh dan rohani, seperti menjaga stamina, menambah energi, menghindari dehidrasi, dan meningkatkan konsentrasi.

Namun, tidak semua orang mudah bangun sahur karena terbiasa tidur hingga pagi hari atau merasa malas untuk makan di waktu subuh.

Untuk itu, ada beberapa tradisi unik dan beragam yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk membangunkan sahur.

Tradisi membangunkan sahur di Indonesia biasanya melibatkan alat-alat musik tradisional atau barang-barang bekas yang dibuat bising untuk menarik perhatian warga agar bangun dari tidurnya.

Selain itu, ada juga tradisi yang menggunakan lagu-lagu daerah atau nasional sebagai pengiring.

Dua tradisi membangunkan sahur yang cukup populer di Indonesia adalah ngarak beduk dan koko'o suhuru.

Kedua tradisi ini berasal dari lingkungan kerajaan Islam yang ada di nusantara, yaitu kerajaan Betawi dan kerajaan Gorontalo. Berikut adalah penjelasan singkat tentang kedua tradisi tersebut:

Ngarak Beduk

Ngarak beduk adalah tradisi khas suku Betawi di Jakarta yang menggunakan beduk, genta, rebana, dan genjring untuk membangunkan sahur sambil berjoget dan menyanyikan lagu-lagu daerah seperti “Ondel-Ondel” atau “Jali-Jali”.

Tradisi ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan bertujuan untuk menghibur warga serta mengingatkan mereka akan budaya Betawi.

Baca Juga: Usai Sahur Langsung Perang: Kisah Perlawanan Rakyat Sumatera Selatan Mempertahankan Kemerdekaan Pada Bulan Ramadhan

Dalam rombongan ngarak beduk, sejumlah puluhan orang peserta, baik tua muda maupun anak-anak, masyarakat sekitar tergabung dalam rombongan mengarak beduk untuk membangunkan sahur.

Menggunakan gerobak berisi beduk yang ditarik beramai-ramai, rombongan ini akan bersama-sama memukul beduk dan membunyikan genta, rebana, dan genjring.

Tak lupa mereka berjoget sambil menyanyikan lagu-lagu daerah untuk membangunkan orang sahur.

Tradisi ini memang sudah mulai berkurang belakangan ini. Setelah adanya peraturan larangan membuat gaduh di malam hari yang diatur dalam Pasal 503 angka 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) jo. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP.

Namun, masih ada beberapa kelompok masyarakat yang tetap melestarikan tradisi ini dengan cara yang lebih moderat dan tidak mengganggu ketenangan warga.

Koko'o Suhuru

Koko'o suhuru atau ketuk sahur adalah tradisi membangunkan warga dengan menggunakan barang bekas dan diiringi lagu-lagu daerah.

Tradisi ini masih dipertahankan oleh orang tua hingga remaja di Gorontalo. Cara itu sudah dilakukan turun-temurun dan sudah menjadi tradisi ketika Ramadan tiba.

Mereka biasanya menyanyikan lagu Hulontalo Lipu’u diiringi ketukan khas dari barang bekas, warga secara beramai-ramai menyusuri sepanjang jalan membangunkan warga untuk bersahur.

Selain menyanyikan lagu khas daerah, mereka juga menyanyikan lagu Indonesia Raya, hingga menciptakan lagu sendiri yang diberi judul “Menunggu sahur”.

Tradisi ini juga memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Gorontalo. Selain sebagai sarana untuk membangunkan sahur, tradisi ini juga merupakan bentuk rasa syukur dan kebersamaan.

Baca Juga: Beginilah Tradisi Sahur Pertama di Dunia: Berawal dari Perintah Allah SWT?

Dengan berkeliling kampung sambil menyanyikan lagu-lagu daerah, mereka ingin menunjukkan rasa cinta dan bangga terhadap tanah air dan budaya mereka.

Selain itu, tradisi ini juga menjadi ajang untuk mengajak anak-anak dan remaja untuk belajar tentang agama Islam.

Dengan berpartisipasi dalam tradisi ini, mereka dapat mengenal lebih dekat tentang bulan Ramadan, puasa, sahur, dan ibadah lainnya.

Mereka juga dapat belajar tentang nilai-nilai moral seperti disiplin, kerjasama, toleransi, dan kepedulian.

Artikel Terkait