Kisah Syekh Yusuf Al-Makassari, Ulama Indonesia yang Ditakuti Belanda Hingga Dibuang ke Afrika Selatan

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

 Syekh Yusuf Al-Makassari.
Syekh Yusuf Al-Makassari.

Intisari-online.com - Syekh Yusuf Al-Makassari adalah seorang ulama, sufi dan pahlawan nasional Indonesia yang lahir di Gowa, Sulawesi Selatan pada tahun 1626.

Ia juga dikenal sebagai Tuanta Salamaka ri Gowa atau Tuan Guru Penyelamat Kita dari Gowa oleh rakyat Sulawesi Selatan yang menghormatinya.

Syekh Yusuf Al-Makassari mempelajari ilmu agama Islam sejak kecil dan menguasai berbagai aliran tasawuf seperti Kadiriyah, Nasabandiyah, Syatariyah, Ba’lawiyah dan Khalwatiyah.

Ia juga menunaikan ibadah haji dan belajar di berbagai negeri seperti Banten, Aceh, Yaman, Madinah dan Suriah.

Di Madinah, ia menjadi ulama besar yang memiliki banyak murid dari seluruh dunia.

Syekh Yusuf Al-Makassari tidak hanya seorang ulama, tetapi juga seorang pejuang yang melawan penjajahan Belanda di tanah airnya.

Ia bersahabat dengan Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten dan menikahi putrinya.

Ia juga menjadi mufti dan panglima perang di Kesultanan Banten.

Ia mengobarkan semangat jihad dan membantu Kesultanan Gowa yang terancam oleh Belanda.

Karena keberaniannya, Syekh Yusuf Al-Makassari sangat ditakuti oleh Belanda.

Belanda berusaha menangkapnya dengan berbagai cara, termasuk menyandera putrinya.

Baca Juga: Gundik dalam Barak Militer dan Serdadu Afrika yang Paling Berdaya Tahan

Akhirnya, pada tahun 1683, Syekh Yusuf Al-Makassari ditangkap dan dipenjara di Batavia.

Dari sana, ia dibuang ke Sri Lanka pada tahun 1684 dan kemudian ke Afrika Selatan pada tahun 1694.

Di tempat pengasingannya, Syekh Yusuf Al-Makassari tidak berhenti berdakwah dan menyebarkan agama Islam.

Ia memiliki banyak pengikut di Sri Lanka dan Afrika Selatan.

Ia juga menginspirasi perjuangan masyarakat Afrika Selatan yang ingin mewujudkan persatuan dan kesatuan di tengah penindasan penjajah.

Mantan Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela, menjadikannya role model dalam melawan apartheid.

Syekh Yusuf Al-Makassari wafat pada tahun 1699 di Cape Town, Afrika Selatan.

Ia dimakamkan di sana dengan hormat dan dianggap sebagai salah satu pendiri Islam di Afrika Selatan.

Pada tahun 2005, ia diberi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah Afrika Selatan.

Di Indonesia, ia juga dianugerahi gelar pahlawan nasional pada tahun 1975.

Syekh Yusuf Al-Makassari adalah sosok ulama, sufi dan pahlawan yang patut dicontoh dan dibanggakan oleh bangsa Indonesia.

Baca Juga: Gundik dalam Barak Militer dan Serdadu Afrika yang Paling Berdaya Tahan

Ia menunjukkan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang membawa kedamaian dan keadilan bagi semua manusia.

Selain sebagai ulama, sufi dan pahlawan, Syekh Yusuf Al-Makassari juga dikenal sebagai seorang penulis yang produktif.

Ia menulis berbagai kitab dan risalah yang membahas tentang ilmu agama Islam, khususnya ilmu tasawuf dan tarekat. Beberapa karya-karyanya yang terkenal antara lain:

An Nafhatu As Sailaniyah: sebuah risalah yang menjelaskan tentang pokok-pokok ajaran tarekat dan petunjuk-petunjuk bagi orang yang akan memasuki tarekat.

Syekh Yusuf menjelaskan tentang pengertian maqam (tempat) dan al-hal (kondisi) dalam perjalanan menuju Allah SWT.

Kaifiyat Al Dzikir: sebuah risalah yang menguraikan tentang tata cara melakukan zikir, salah satu amalan terpenting dalam tarekat.

Syekh Yusuf menyebutkan ada 20 macam adab berzikir yang harus diperhatikan oleh salik (penempuh jalan tarekat).

Sirrul Asrar: sebuah kitab yang membahas tentang tahapan-tahapan yang perlu dilalui seorang salik ketika menyucikan jiwa.

Kitab ini menjadi naskah ketiga dari manuskrip Or. 7025 yang disimpan di Perpustakaan Nasional Belanda.

Tarjuman Al Mustafid: sebuah kitab yang merupakan terjemahan dan penjelasan dari kitab Al Mustafid karya Imam Al Ghazali.

Kitab ini berisi tentang ilmu fikih dan ushul fikih yang disesuaikan dengan mazhab Syafi’i.

Tuhfatul Mujahidin: sebuah kitab yang berisi tentang nasihat-nasihat bagi para mujahidin (pejuang) Islam yang melawan penjajah Belanda.

Kitab ini ditulis ketika Syekh Yusuf berada di Banten dan menjadi saksi atas perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa.

Artikel Terkait