Intisari-Online.com -Bungee jumping adalah olahraga ekstrem yang menantang adrenalin dan mental.
Namun, olahraga ini juga memiliki risiko yang tinggi, seperti yang dialami oleh seorang turis Hong Kong yang jatuh dari ketinggian 20 meter setelah talinya putus saat melompat dari sebuah jembatan di China.
Bagaimana sejarah bungee jumping? Apakah Anda tahu bahwa ide olahraga ini dicuri tanpa izin dari ritual adat di sebuah pulau di Pasifik?
Simak ulasan berikut ini untuk mengetahui lebih lanjut.
Insiden Tali Putus
Mike (39), wisatawan asal Hong Kong, mengalami kecelakaan saat bungee jumping di Thailand.
Tali yang mengikat kakinya putus saat dia terjun dari ketinggian 30 meter dan dia terhempas ke danau.
Video insiden itu viral di media sosial dan menunjukkan teman-temannya menjerit histeris.
Mike mengatakan bahwa dia merasa sangat sakit dan pusing ketika jatuh ke air.
“Lengan saya terentang sehingga area ketiak terkena parah,” ujarnya, dikutip dari Insider.
Dia menderita memar, kulit terkelupas, dan infeksi paru-paru akibat kejadian itu.
Menurut Straits Times, dia harus dirawat di rumah sakit selama tiga hari ketika pulang ke Hong Kong.
Dia juga mengingatkan bahwa bungee jumping berbahaya bagi orang yang tidak bisa berenang.
“Jika orang itu tidak tahu cara berenang, dia akan berada dalam masalah besar,” tuturnya.
Asal-usul bungee jumping
Bungee jumping berasal dari ritual "land diving" yang dilakukan di Pulau Pentecost, Vanuatu.
Ritual ini merupakan ujian keberanian dan peralihan menjadi dewasa bagi para pemuda di pulau tersebut.
Mereka melompat dari menara kayu yang tinggi, dengan kaki mereka terikat dengan tali akar yang panjangnya dihitung sedemikian rupa agar pelompat jatuh hingga rambutnya menyentuh tanah di bawahnya.
Berbeda dengan bungee jumping modern, land-diver sengaja menyentuh tanah, namun, seperti dilansir interlakentravel.com, tali akar menyerap cukup gaya untuk membuat dampaknya tidak membahayakan.
Ritual land diving di Pulau Pentecost diklaim sebagai inspirasi oleh A.J. Hackett, seorang pelopor bungee jumping komersial.
Hal ini menimbulkan tuntutan dari perwakilan penduduk pulau untuk mendapatkan kompensasi atas apa yang mereka anggap sebagai pengambilan tanpa izin atas properti budaya mereka.
Awal Mula Bungee Jumping Modern
Bungee jumping modern pertama kali dilakukan pada 1 April 1979 dari Jembatan Gantung Clifton yang memiliki ketinggian 76 meter di Bristol, Inggris.
Pelompat pertama adalah David Kirke dan Simon Keeling, anggota Oxford University Dangerous Sports Club, serta Geoff Tabin, seorang pendaki profesional yang mengikatkan tali untuk lompatan tersebut.
Mereka mendapatkan ide tersebut setelah membahas tentang ritual land diving di Vanuatu.
Setelah melakukan beberapa lompatan lagi dari tempat-tempat lain seperti Menara Eiffel di Paris dan Golden Gate Bridge di San Francisco, mereka ditangkap oleh polisi dan dilarang melanjutkan aktivitasnya.
Namun, hal ini tidak menghentikan perkembangan bungee jumping sebagai olahraga ekstrem yang menarik perhatian banyak orang.
Perkembangan Bungee Jumping Komersial
Bungee jumping komersial pertama kali ditawarkan kepada publik di Selandia Baru pada tahun 1988 oleh A.J. Hackett dan Henry van Asch.
Mereka mendirikan perusahaan bernama A.J. Hackett Bungy dan membangun tempat lompatan permanen pertama di Kawarau Bridge Bungy Centre dekat Queenstown.
Tempat ini menjadi salah satu destinasi wisata populer di Selandia Baru hingga saat ini.
Sejak itu, bungee jumping telah menyebar ke berbagai negara dan tempat-tempat spektakuler seperti Macau Tower di China (233 meter), Verzasca Dam di Swiss (220 meter), Bloukrans Bridge di Afrika Selatan (216 meter), dan Royal Gorge Bridge di AmerikaSerikat (321 meter).
Bungee jumping juga menjadi bagian dari acara-acara khusus seperti festival musik, pesta pernikahan, atau amal.
Baca Juga: Ingin Memacu Adrenalin? Ini Beberapa Olahraga Ekstrem yang Menantang Maut