Intisari-Online.com - Tahun ini, UBS, sebuah perusahaan penyedia jasa layanan finansial dunia, melakukan survei terhadap 2.215 investor AS yang memiliki kekayaan sekitar US$ 1 juta atau lebih. Hasil survei ini mengungkapkan sebagaian besar jutawan tersebut merasa terdorong untuk terus berusaha lebih keras agar tetap melanjutkan gaya hidup keluarga mereka. Terlebih lagi, mereka melakukan itu semua karena takut kehilangan apa yang mereka miliki sekarang.
Hal ini kemudian membuat mereka merasa didorong oleh ambisi yang salah dan kemudian terjebak pada pola hidup dan pekerjaan yang membosankan. Survei tersebut membuktikan bahwa jutawan dengan uang yang berlimpah cenderung memiliki hidup yang tertekan.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa tidak peduli berapa banyak kekayaan yang dimiliki, jutawan tersebut masih takut kehilangan semua yang mereka miliki karena satu kesalahan kecil. Setengah dari mereka dengan kekayaan US$ 1-5 juta merasa takut bahwa kesalahan tersebut akan menghilangkan kesenangan pada gaya hidup mereka.
Sementara itu, jutawan yang merupakan orangtua yang bekerja sepanjang waktu, tingkat kecemasannya bahkan lebih besar yakni 63%.
Dalam laporannya, UBS memang menunjukkan, memiliki banyak uang tidak menjamin hidup yang terbebas dari stres. Ada beberapa hal yang dianggap jauh lebih penting yang tidak dapat dibeli dengan uang, misalkan kesehatan dan kebahagiaan.
Nah, terkait dengan hal tersebut ada beberapa hal yang dapat dilakukan agar uang yang kita miliki dapat membuat hidup menjadi bahagia yakni merencanakan dan memiliki pengetahuan yang baik. Tidak ada waktu yang terlalu cepat untuk mendapatkan pegangan yang kuat dan pemahaman mengenai keuangan yang kita miliki.
Perencanaan dapat dimulai sedini mungkin ketika berusia 20 tahun. Selain itu, salah satu yang membuat seseorang menjadi stres adalah karena hutang yang menumpuk. Nah, dengan perencanaan tersebut maka beban keuangan akan menjadi lebih teratur.
Terkait dengan pengetahuan,seseorang dapat belajar sebanyak mungkin mengenai bagaimana membuat anggaran, tabungan, investasi yang bijaksana, dan rencana pensiun. Jika kita tidak percaya pada kemampuan dir sendiri untuk merencanakan dengan baik, maka kita bisa mencari nasihat dari perencana keuangan. (About.com)