Kemasyhuran Nyai Dasima sampai juga ke telinga pria beristri yang tinggal di Pejambon yang bernama Samiun.
Nama istrinya adalah Hayati.
Samiun yang bekerja sebagai tukang tadah barang curian ini ingin mengambil hati Nyai Dasima.
Samiun pun menyuruh perempuan tua bernama Mak Buyung supaya menasihati Nyai Dasima agar meninggalkan hidup 'kumpul kebo' dengan Tuan W, dan memulai hidup sesuai ajaran agamanya sendiri.
Begini kata-kata Samiun ke Mak Buyung soal Nyai Dasima:
"Kasian sekali itoe prampoean; dia dipiara oleh satoe lelaki kafir, koewadjibannja kita orang Slam misti toentoen dianja, kasi perdjalanan jang betoel, tetapi dia kras hatinja, dia terlaloe tjinta kapada itoe kafir, maka itoe dengen akal kita misti tjaboet dianja dari sitoe," kata Samiun kepada Mak Buyung, sebagaimana tertulis dalam novelet karya G Francis.
Mak Buyung kemudian pergi dari Pejambon ke Gambir membawa misi: menghasut Nyai Dasima agar meninggalkan Tuan W yang kafir itu.
Modusnya, Mak Buyung mendatangi rumah Tuan W untuk melamar kerja sebagai pembantu, dengan cara ini, maka Mak Buyung bisa mulai menghasut Nyai Dasima. Strategi ini berhasil.
Mak Buyung mulai membujuk Nyai Dasima bahwa Nyai Dasima tidak bisa terus-terusan hidup sebagai 'nyai', sebagai istri tidak sah secara agama maupun secara negara.
Hubungan 'kumpul kebo' semacam ini sama saja zina dalam syariat Islam.
Mak Buyung menyarankan agar Nyai Dasima memperdalam agama Islam.
Pada akhirnya, Nyai Dasima keluar dari rumah gedongan Tuan W, meninggalkan anak kandungnya serta hidup mewahnya.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR