Intisari-Online.com - Perencanaan keuangan selalu dikaitkan dengan tingkat literasi finansial atau melek finansial. Bahkan disebutkan, seorang anak sejak dini sebaiknya telah memahami urusan keuangan. Harapannya jika sudah dewasa, kelak anak akan mampu mengelola keuangannya sendiri.
Literasi finansial di Indonesia memang masih cukup rendah. OJK dalam survei yang dilakukan pada tahun 2013, mengungkapkan tingkat literasi keuangan di Indonesia hanya mencapai 21,8 persen. Sementara itu, tingkat inklusi produk jasa keuangan hanya 59,7 persen. Angka ini termasuk rendah jika dibandingkan negara-negara lainnya di Asia Tenggara
Yang perlu dipahami adalah, bagaimana mengukur tingkat literasi seseorang. Ada beberapa indikator untuk mengukur tingkat literasi keuangan.
Pandji Harsanto, konsultan senior di OneShildt Financial Planning mengungkapkan, orang yang melek Finansial atau melek literasi keuangan adalah orang yang bukan saja tau tentang produk-produk keuangan baik itu kredit atau pembiayaan, asuransi ataupun investasi. “Tapi juga orang yang mampu membuat keputusan finansial yang tepat untuk saat ini dan masa depan hidupnya,” jelasnya kepada Intisari.
Menurutnya ada beberapa indikator yang dapat dijadikan patokan terkait tingkat literasi. Pertama, seseorang harus mampu membuat surplus keuangannya. Ini berhubungan dengan sejauh mana seseorang mampu menambah aset keuangan yang dimiliki. Kedua, paham dan mengetahui dengan jelas berapa yang harus ditabung atau investasi setiap bulannya.
Ketiga, seseorang juga harus mengetahui apakah keuangannya dalam keadaan sehat atau tidak. Cara yang paling mudah untuk mengetahuinya adalah dengan memiliki pengeluaran yang lebih kecil dibandingkan pendapatan, rasio menabung, rasio cicilan hingga soal utang.
Keempat dan yang perlu diperhatikan adalah mengetahui produk-produk keuangan yang sesuai dengan profil dan latar belakang yang dimiliki.