Pernah Picu Ledakan Ranjau, Periode Paling Aktif Matahari Kembali, Dunia Terancam Kehilangan Ini Selama Berbulan-bulan

Khaerunisa

Editor

Ilustrasi. Fenomena Matahari 'bangun'.
Ilustrasi. Fenomena Matahari 'bangun'.

Intisari-Online.com - Sebuah fenomena di mana Matahari memasuki periode paling aktif diperkirakan akan terjadi.

Dikutip Insider, periode paling aktif Matahari ini umumnya terjadi setiap 11 tahun sekali.

Memang bukan pertama terjadi, namun kali ini dampak yang ditimbulkan diperkirakan akan berbeda dari sebelumnya.

Hal itu dipengaruhi bagaimana peradaban kini yang telah berkembang. Manusia lebih tergantung pada listrik dan interkonektivitas.

Pada masa lalu fenomena Matahari 'bangun' tidak berdampak pada banyak hal, meski bukan berarti sama sekali tak ada yang terjadi.

Misalnya pada tahun 1972, pilot militer AS yang terbang ke selatan pelabuhan Haiphong di Vietnam Utara melihat dua lusin ranjau laut meledak di air tanpa sebab yang jelas.

Kemudian sebuah studi 2018 yang mengamati cuaca luar angkasa menyimpulkan bahwa penyebab ledakan itu adalah badai Matahari yang sangat besar.

Sementara itu, sejauh ini badai matahari terparah terjadi pada 1859.

Ketika itu manusia belum tergantung pada listrik, dan satu-satunya yang hancur adalah saluran telegraf.

Kini para ilmuwan khawatir bahwa fenomena tersebut akan banyak berpengaruh pada bumi, memangnya dampak apa yang mungkin dapat ditimbulkan?

Kondisi tersebut dapat memengaruhi banyak hal, termasuk jaringan listrik hingga sinyal GPS.

Baca Juga: Pertanda Langit Menjelang Gempa Turki Ini Pernah Muncul di Indonesia!

Selama periode paling aktifnya, Matahari akan membuang energi lebih banyak ke arah bumi.

Saat medan magnet lokal Matahari semakin kusut dan saling bertabrakan, mereka bisa meledak.

Energi dan partikel dari Matahari itu kemudian dikeluarkan ke luar angkasa.

Akibatnya, energi tersebut akan memengaruhi komunikasi dengan mengubah ionosfer, lapisan partikel bermuatan di atmosfer bagian atas.

Kondisi tersebut juga disebut bisa menyebabkan masalah untuk perjalanan udara.

"Cuaca luar angkasa dapat menghentikan penerbangan. Administrasi Penerbangan Federal tidak akan mengizinkan penerbangan jika mereka tidak memiliki komunikasi radio dan satelit," kata profesor fisika ruang angkasa di University of Reading, Mathew Owens.

Mengenai pengaruh fase sangat aktif Matahari terhadap penerbangan, sebuah studi yang mengamati catatan penerbangan selama 22 tahun menemukan, pesawat 21 persen lebih mungkin tertunda setidaknya 30 menit pada masa itu.

Hal itu karena sinar matahari dapat mengubah medan magnet di ionosfer yang dapat memengaruhi sinyal GPS, sehingga sinyal harus menembus lapisan tersebut untuk mencapai Bumi.

Selain itu, Sinyal radio yang dikirim dari Bumi juga perlu dipantulkan dari ionosfer untuk berpindah dari satu titik ke titik lainnya.

Saat ini sinyal radio memang jauh kurang penting untuk komunikasi dasar, tetapi beberapa industri masih menggunakan sinyal radio untuk mendukung sistem komunikasi alternatif jika terjadi kegagalan.

Sementara itu, ketika badai geomagnetik mengacaukan muatan magnet ionosfer, badai ini juga akan menciptakan arus di ionosfer.

Baca Juga: PeranAKBP Dody Prawiranegara dalam Bisnis Narkoba Jenis SabuTeddy Minahasa

Arus di atmosfer bagian atas juga berinteraksi dengan partikel di tanah.

Interaksi antar partikel tersebut menciptakan arus listrik yang kuat dan membanjiri infrastruktur di Bumi.

Jika arus membanjiri jaringan listrik, hal itu juga dapat meledakkan trafo.

Satu trafo yang rusak tidak akan menyebabkan banyak masalah. Tapi badai geomagnetik besar menuju Bumi mungkin akan memicu aurora hingga ke ekuator.

Hal itu dapat menyebabkan beberapa trafo meledak sekaligus atau merobohkan seluruh jaringan.

"Memulai kembali jaringan bisa memakan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan," jelas Owens.

"Kemudian Anda kehilangan pendingin, kehilangan daya ke rumah sakit, hal-hal menjadi sangat serius dengan sangat cepat," sambungnya.

Aurora disebut hampir selalu ada, tetapi mereka menjadi jauh lebih kuat saat terjadi badai geometrik.

Dilaporkan pada Minggu (26/2/2023) malam, aurora sudah terlihat di Inggris selatan dan diperkirakan akan lebih banyak lagi terjadi pada beberapa hari mendatang.

Baca Juga: Walau Punya Ribuan Selir, Siapa Sangka Kaisar China Justru Hati-Hati Saat Makan, Ini Dia Daftar Makanan Kaisar

(*)

Artikel Terkait