8 Peninggalan Kerajaan Pajajaran, Termasuk Prasasti Sanghyang Tapak

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Penulis

(Ilustrasi) Prasasti Batu Tulis - Salah Satu Peninggalan Krajaan Pajajaran
(Ilustrasi) Prasasti Batu Tulis - Salah Satu Peninggalan Krajaan Pajajaran

Intisari-Online.com-Peninggalan Kerajaan Pajajaransudah seharusnya menjadi hal yang tidak kita lupakan.

Kerajaan yang berpusat di Pakuan (Bogor sekarang) ini juga sering disebut dengan Negeri Sunda, Pasundan, atau Pakuan Pajajaran.

Peninggalan Kerajaan Pajajaranmerupakan bukti keberadaankerajaan yang bercorak Hindu di Jawa Barat.

Menurut Prasasti Sanghyang Tapak, Kerajaan Pajajaran didirikan oleh Sri Jayabhupati.

Kerajaan Pajajaran berdiri pada tahun 923 M dan runtuh pada 1597 M setelah diserang oleh Kesultanan Banten.

Pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi (1482-1521 M), kerajaan ini berhasil mencapai puncak keemasannya.

(Ilustrasi) Peninggalan Kerajaan Pajajaran yang Harus Anda Tahu
(Ilustrasi) Peninggalan Kerajaan Pajajaran yang Harus Anda Tahu

Kerajaan Pajajaran runtuh pada 1579 akibat serangan dari kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten.

Tahukah Anda apa saja buktipeninggalan Kerajaan Pajajaran? Simak berikut ini:

1. Prasasti Batutulis

Prasasti Batutulis terletak di Perlintasan Batutulis, Kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.

Baca Juga:Terkesan Mistis Ini Sejarah Benteng Karang Bolong di Nusakambangan

Kompleks Prasasti Batutulis memiliki luas 17 x 15 meter.

Prasasti Batutulis dianggap terletak di situs ibu kota Pajajaran dan masih in situ, yakni masih terletak di lokasi aslinya dan menjadi nama desa lokasi situs ini.

Batu Prasasti dan benda-benda lain peninggalan Kerajaan Sunda terdapat dalam komplek ini.

Pada batu ini berukir kalimat-kalimat dalam bahasa dan aksara Sunda Kuno. Prasasti ini berangka tahun 1455 Saka (1533 Masehi).

2. Tugu Perjanjian Portugis

Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal atau Padrão Sunda Kelapa adalah sebuah prasasti berbentuk tugu batu yang ditemukan pada tahun 1918 di Batavia, Hindia Belanda.

Prasasti ini menandai perjanjian Kerajaan Sunda–Kerajaan Portugal yang dibuat oleh utusan dagang Portugis dari Malaka yang dipimpin Enrique Leme dan membawa barang-barang untuk "Raja Samian" (maksudnya Sanghyang, yaitu Sang Hyang Surawisesa, pangeran yang menjadi pemimpin utusan raja Sunda).

3. Prasasti Kawali

Prasasti Astana Gede atau Prasasti Kawali merujuk pada beberapa prasasti yang ditemukan di kawasan Kabuyutan Kawali, kabupaten Ciamis, terutama pada prasasti "utama" yang bertulisan paling banyak (Prasasti Kawali I).

Adapun secara keseluruhan, terdapat enam prasasti.

Kesemua prasasti ini menggunakan bahasa Sunda kuno dan aksara Sunda kuno.

Baca Juga:11 Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, Berikut Ini Selengkapnya

4. Taman Perburuan (sekarang menjadi Kebun Raya Bogor)

Kebun Raya Bogor pada mulanya merupakan bagian dari 'samida' (hutan buatan atau taman buatan) yang setidaknya telah ada pada pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513) dari Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis.

Hutan buatan itu ditujukan untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat memelihara benih-benih kayu yang langka.

5. Prasasti Sanghyang Tapak

Prasasti Sanghyang Tapak terdiri dari dua prasasti, yaitu Sang Hyang Tapak I dan Sanghyang Tapak II yang dipahatkan pada empat batu alam mengandung pasir.

Saat ini prasasti Sanghyang Tapak I dan II disimpan di Museum Nasional.

6. Carita Waruga Guru

Carita Waruga Guru adalah naskah Sunda klasik yang ditulis pada kertas daluang dengan aksara Sunda kuno.

Naskah ini diperkirakan ditulis pada sekitar akhir abad ke-17 atau sekitar awal abad ke-18.

Berdasarkan media tulisnya, naskah ini dianggap sebagai naskah Sunda kuno yang paling muda dan termasuk ke dalam naskah periode transisi yang bernuansa Islam.

Isinya menceritakan kisah Ciung Manarah dan Hariang Banga, serta asal mula berdirinya kerajaan Pajajaran dan Majapahit.

Baca Juga:Ketopong, Mahkota Sultan yang Menjadi Peninggalan Kerajaan Kutai

7. Babad Pajajaran

Babad Pajajaran
Babad Pajajaran

Inti kisah Babad Pajajaran (sebenarnya lebih tepat dinamakan Wawacan Guru Gantangan), sangat mirip dengan lakon Mundinglaya Dikusumah. Sumber kisah adalah : Mimpi Prabu Siliwangi.

Guru Gantangan pun naik ke langit, juga pernah mati dan hidup kembali.

Dalam pengembaraannya ia diiringi oleh Gelap Nyawang dan Kidang Pananjung dan dalam perjalanan mencari Ratna Inten (Mimpi Prabu Siliwangi) ia menaklukan Yaksa Jongrang Kalapitung.

8. Carita Parahyangan

Carita Parahiyangan merupakan nama suatu naskah Sunda kuna yang dibuat pada akhir abad ke-16, yang menceritakan sejarah Tanah Sunda, utamanya mengenai kekuasaan di dua ibukota Kerajaan Sunda yaitu Keraton Galuh dan keraton Pakuan.

Naskah ini merupakan bagian dari naskah yang ada pada koleksi Museum Nasional Indonesia Jakarta dengan nomor register Kropak 406.

Naskah ini terdiri dari 47 lembar daun lontar ukuran 21 x 3 cm, yang dalam tiap lembarna diisi tulisan 4 baris.

Aksara yang digunakan dalam penulisan naskah ini adalah aksara Sunda.

Itulah tadi beberapa peninggalan Kerajaan Pajajaran.

Baca Juga:10 Peninggalan Kerajaan Cirebon, Termasuk Patung Macan Putih Lambang Keturunan Prabu Siliwangi

(*)

Artikel Terkait