Ketopong, Mahkota Sultan yang Menjadi Peninggalan Kerajaan Kutai

Mentari DP

Editor

Ketopong atau mahkota yang menjadi peninggalan Kerajaan Kutai.
Ketopong atau mahkota yang menjadi peninggalan Kerajaan Kutai.

Intisari-Online.com - Kerajaan Kutai berdiri sekitar abad ke-4 didaerah Muara Kaman di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.

Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia.

Di bawah kepemimpinan Mulawarman, Kerajaan Kutaimencapai puncak kejayaannya.

Di mana kehidupan ekonomi kerajaan ini mengalami perkembangan yang pesat. Mulai dari sektor ekonomi hingga perdagangan.

Hal ini tidak terlepas dari letak Kerajaan Kutai yang strategis dan kemampuan intelektual yang tinggi dari Mulawarman.

Sayangnya, setelah Mulawarman wafat, Kerajaan Kutai menjadi menurun. Bahkan ditaklukan olehKesultanan Kutai yang memeluk Islam.

Pada tahun1635, raja terakhir Kerajaan Kutai Maharaja Dharma Setia gugur di tangan Pangeran Sinum Panji Mendapa dari Kesultanan Kutai.

Sejak itu, wilayah Kerajaan Kutai berada di bawah Kesultanan Kutai Kertanegara.

Peninggalan Kerajaan Kutai

Sebagai salah satu kerajaan tertua di Nusantara, sudah jelas peninggalan Kerajaan Kutai sangatlah berharga.

Salah satu peninggalan Kerajaan Kutai yang paling terkenal adalah Prasasti Yupa yang berjumlah 7 buah.

Baca Juga: Jadi Latar FilmLittle Big Soldier,Begini Sejarah Periode Tiga Kerajaan China

Di dalamnya, tertulishuruf Pallawa dengan Bahasa Sanskerta.

Selain itu, salah satu peninggalan Kerajaan Kutai yang bisa Anda lihat sampai sekarang adalah Ketopong atau mahkota Sultan Kutai Kertanegara.

Mahkota ini pernah dikenakan oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman pada tahun 1845-1899.

Sultan Aji Muhammad Sulaiman merupakan Sultan Kutai Kertanegara ke-17, yang memerintah dari tahun 1845 sampai 1899.

Ketopong Kerajaan Kutai Kertanegara ini dikenakan oleh Sultan Kutai Kertanegara danterbuat dari emas dan batu permata.

Bentunya sepertimahkota brunjungan dan bagian muka berbentuk meru bertingkat.

Ketopong ini juga dihiasi dengan motif spiral yang dikombinasikan dengan motif sulur.

Hiasan belakang pada ketopong berbentuk garuda mungkur yang berhiaskan motif bunga, kijang, dan burung.

Penulis yang sekaligus penjelajah, Carl Bock, dalam bukunya The Head Hunters Of Borneo menuliskan bahwa Sultan Aji Muhammad Sulaiman memiliki 6 sampai 8 orang pengukir emas yang dipekerjakan khusus untuk membuat barang-barang ukiran emas dan perak untuk Sultan.

Kira-kira Ketopong ini memiliki berat hampir 2 kg.

Saat ini, Ketopong yang asli tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Sayangnya Anda tidak bisa mengambil foto atau videonya.

Sementara di Museum Mulawarman, Tenggarong, Kalimantan Timur, tersimpan duplikasi dari Ketopong yang asli.

Baca Juga: Deretan Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Lengkap dengan Maknanya

Artikel Terkait