Imam Nawawi, Ulama Indonesia yang Karyanya Jadi Kurikulum Tetap di Pesantren

Mentari DP

Editor

Karya Abu Abdul Mu’ti Muhammad bin Umar al-Tanara alJawi al-Bantani.
Karya Abu Abdul Mu’ti Muhammad bin Umar al-Tanara alJawi al-Bantani.

Intisari-Online.com - Lahir diKampung Tanara, Serang, Banten pada tahun 1815 Masehi atau 1230 Hijriah,Abu Abdul Mu’ti Muhammad bin Umar al-Tanara alJawi al-Bantani merupakan ulama Indonesia asal Pulau Jawa.

Dia sering dipanggilImam Nawawi.

Diseantero dunia, diadiberi gelar Sayyidul Hijaz yang artinyaMaha Guru Jazirah Arab (Saudi Arabia sekarang).

Ada beberapa alasan mengapa dia berhasil menjadi ulama Indonesia yang mendunia.

Pertama, diagiat menghadiri majelis-majelis ilmu, khususnya di Masjidil Haram, Makkah.

Hal ini membuatnya menjadi pengajar dan membuka majelis ilmu sendiri di Masjidil Haram.

Semakin hari, murid atau santrinya semakin banyak.

Bahkan, beberapa di antara muridnya merupakan Hadratusy Syeikh KH. Hasyim Asy’ari yang merupakan pendiri Nadlatul Ulama (NU).

Di kawasan Asia Tenggara,khususnya di dunia pesantren, karya-karyanya masih dipelajari, dikaji, dan ditelaah.

Hingga hari ini pun, karyanya masih menjadi kurikulum tetap di pesantren.

Setelah menyelesaikan karyanya, dengan cepat karya-karyanya tersiar ke berbagai penjuru dunia.

Baca Juga: Alasan Ulama Indonesia Syekh YusufMenjadi Pahlawan di Negara Lain

Hal ini dikarenakan karya-karyanya mudah dipahami dan mendalam isinya.

Disebutkan bahwa karyanya paling banyak diterbitkan di Mesir. Apalagi dia bukan tipe orang yang memperdulikanhak cipta dan royaltinya.

Hebatnya, tidak hanya di seluruh pesantren Indonesia, pesantren diMalaysia, Filipina, Thailand dan juga negara-negara di Timur Tengah juga menggunakan karyanya.

Menurut Ray Salam T. Mangondana, peneliti di Institut Studi Islam, Universitas of Philippines, ada sekitar 40 sekolah agama tradisional di Filipina yang menggunakan karya Imam Nawawi sebagai kurikulum belajarnya.

Selain itu, Sulaiman Yasin, dosen di Fakultas Studi Islam Universitas Kebangsaan Malaysia juga menggunakan karya beliau untuk mengajar di kuliahnya.

Pada tahun 1870 M, para ulama Universitas Al-Azhar Kairo di Mesir pernah mengundangnya untuk memberikan kuliah singkat di suatu forum diskusi ilmiah.

Mereka tertarik untuk mengundang beliau, karena sudah dikenal di seantero dunia.

Apalagi semua karyanya menggunakan bahasa Arab.

Dia terus berkarya hingga pada25 Syawal 1314 Hijriah, Imam Nawawi menghembuskan nafasnya yang terakhir pada usia 84 tahun.

Baca Juga: Strategi Dakwah Sunan Kudus Untuk Menarik Umat Hindu-Buddha Masuk Islam

Artikel Terkait