Diyakini Ada Roh Leluhur dari Surga Turun ke Bumi, Inilah Kisah di Balik Tradisi Galungan di Bali

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi -Upacara Galungan diperingati di Bali.
Ilustrasi -Upacara Galungan diperingati di Bali.

Intisari-online.com - Galungan adalah sebuah tradisi yang berasal dari Bali, dan merupakan upaca penting.

Biasanya Galungan akan berlangsung selama 10 hari.

Ketika tradisi Galungan dilaksanakan, seluruh pulau Bali akan dihiasi dengan berbagai ornamen religius khas umat Hindu.

Yang paling terlihat kental dalam tradisi ini adalah hiasan seperti bambu dan sesaji yang banyak terlihat di pinggiran jalan Bali.

Sementara itu, Galungan dipercaya sebagai hari di mana roh dari leluhur atau dewa, turun dari kediaman surgawi mereka ke Bumi.

Asal-usul Galungan sendiri berasal dari peradaban Majapahit.

Pada masa kerajaan Majapahit, diyakini sebagai sebuah kerajaan yang mayoritas beragama Hindu.

Saat itu ada sosok kuat dan menakutkan yang dikenal sebagai Mayadenawa.

Ia adalah anak seorang raja jahat, yang kekuatannya tidak mengenal batas.

Konon pada saat itu bala tentara Majapahit yang besar sekalipun tidak dapat mengalahkannya.

Kemudian, Mayadenawa mendatangkan malapetaka di antara umat Hindu, menghancurkan kuil, menolak ibadah.

Baca Juga: Pemboman Baru Saja Terjadi di Badung, Mantan Pelaku Bom Bali Paling Dicari di Asia Ini Justru Akan Dibebaskan

Lalu, orang-orang Hindu memohon kepada para dewa, dan Dewa Indra yang menjawab.

Maka, Dewa Indra turun dari surga danterjadilah perang dahsyat untuk melawan Mayadenawa yang tak bertuhan.

Pertempuran demi pertempuran, Dewa Indra dan pasukannya melawan Mayadenawa hingga akhirnya menang.

Kemenangan mereka terjadi pada hari Rabu minggu ke-11 penanggalan Pawukon Bali.

Kemudian hari tersebut dikenal sebagai Hari Raya Galungan, yang dirayakan pada siklus yang sama setiap 210 hari.

Rabu pekan ke-11 penanggalan Pawukon.

Festival Galungan ini memperingati kemenangan Indra (dharma, atau kebaikan) atas Raja Mayadenawa (adharma, atau kejahatan).

Turunnya Indra ke Bumi juga merupakan simbol turunnya roh-roh lain pada hari yang sama.

Sebagaicatatan tambahan tentang Galungan. Legenda Indra melawan Mayadenawa ini juga merupakan cerita asal daerah Tampaksiring.

Dikisahkan, selama perang mereka, Mayadenawa menyusup ke barak anak buah Indra dan meracuni sumur tersebut.

Mayadenawa menyusup dengan melewati lereng gunung sehingga meninggalkan jejak kaki.

Baca Juga: 5 Tradisi Malam Tahun Baru, Termasuk Pakai Celana Dalam Warna Ini Agar Beruntung!

Dari sinilah daerah tersebut mendapatkan namanya, Tampak artinya makanan dan siring artinya miring.

Tirtha Empul, pura air suci yang terkenal, juga ditemukan di Tampaksiring.

Legenda mengatakan bahwa mata air tersebut dibuat oleh Indra sendiri untuk menyembuhkan pasukannya setelah diracuni oleh makhluk jahat.

Artikel Terkait