Intisari – Online.com – Sperma berkualitas milik laki-laki Prancis ternyata dihasilkan pada bulan Februari dan Agustus. Kesimpulan itu diumumkan oleh Inserm, institut naisonal untuk riset medis di Prancis, setelah menganalisis 100.000 sampel sperma lelaki yang ikut dalam program kesuburan in-vitro. “Fakta di atas sangat mirip dalam dunia hewan di mana kesuburan umumnya bervariasi menurut musim,” tandas Jacques de Mouzan, juru bicara Inserm.
Setelah mencermati jumlah, gerakan, dan bentuk spermatozoa mereka sepakat, kenaikan jumlah sperma secara signifikan terjadi pada bulan Februari. Alasannya, hubungan seksual jarang terjadi di musim dingin. Sedangkan menurunnya frekuensi ini justru menambah jumlah sperma pada setiap ejakulasi.
Tapi mengapa kualitas sperma ikut terangkat selama masa liburan Agustus, ketika pasangan bercinta lebih sering? Para ilmuwan menduga, ini berkaitan dengan faktor biologi yang diturunkan oleh nenek moyang. Seperti umumnya spesies mamalia, manusia juga mempunyai musim tertentu untuk melakukan prokreasi.
Fenomena Februari – Agustus itu agaknya sejalan dengan peningkatan angka kelahiran yang terjadi antara November dan April sebelum luasnya penggunaan alat-alat kontrasepsi modern.
Diduga Februari dan Agustus merupakan bulan bagus untuk memproduksi sperma lantaran pria Prancis pada kedua bulan itu berkurang stresnya. Mereka punya kebiasaan berlibur di pantai pada bulan Agustus dan bermain ski di bulan Februari.
Para dokter percaya keunggulan sperma yang dihasilkan pada bulan Agustus berhubungan erat dengan kondisi cuaca. “Sperma Agustus diproduksi pada bulan Juni ketika para pria paling banyak terpapar sinar matahari,” kata mereka. Perhitungan ini diperoleh karena dibutuhkan 80 hari untuk memproduksi sperma.
Sayang, tidak disinggung-singgung tentang nasib sperma para lelaki di daerah tropis, yang notabene banyak terpapar matahari sepanjang tahun. T oh, orang harus tetap waspada karena penelitian dari berbagai tempat di dunia menunjukkan jumlah sperma rata-rata berkurang 2% per tahun. Penyebabnya diduga stres, makanan siap saji, alkohol, dan kurang gerak. (Intisari)