Intisari-Online.com - Tsunami Aceh terjadi 18 tahun yang lalu dan menerjang Aceh dan Kepulauan Nias, Sumatera Utara, pada 26 Desember 2004 setelah terjadi gempa magnitudo 8,9 yang berpusat di Samudra Hindia.
Gelombang air tsunami Aceh menghantam wilayah Malaysia, Thailand, Sri Langka, Banglades, India, Maladewa, Myanmar, Madagaskar, Somalia, Kenya, Tanzania, Seychelles, Afrika Selatan, dan Yaman.
Lebih dari 280.000 orang meninggal akibat tsunami Aceh pada waktu itu.
Pagi hari ini,warga memenuhi Pemakaman Massal Siron, Aceh Besar.
Mereka datang untuk memperingati 18 tahun tsunami Aceh dengan berziarah dan berdoa.
Tidak sedikit orangtua yang mengajak serta anak-anak mereka, hampir semua bertujuan sama, yakni mengenalkan anak-anak mereka akan bencana tsunami yang pernah melanda Aceh.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh Almuniza Kamal mengatakan, untuk tahun ini peringatan 18 tahun pasca tsunami Aceh, memang dipusatkan di Makam Massal Siron.
“Semua orang harus tahu kalau di lokasi ini lebih dari 40.000 warga di Aceh dimakamkan di sini karena gempa dan tsunami Aceh."
"Sehingga ini akan terus memberi ingatan dan pelajaran kepada semua masyarakat di Aceh bahwa bencana bisa datang kapan saja dan warga harus siaga,” jelasnya sebagaimana diwartakan Kompas.com, Senin (26/12/2022).
Hadir juga di sanaChandra Kirani (49), baru usai menaburkan bunga yang sedari tadi ditempatkan di sampingnya.
Sambil menabur bunga ia pun menuntun sang anak yang masih berusia 10 tahun untuk melakukan hal yang sama.
Chandra sengaja mengajak anaknya berkunjung dan berziarah ke Makam Massal Korban Tsunami Aceh, di kawasan Siron, Kabupaten Aceh Besar, pada Senin (26/12/2022) pagi.
“Selain mengenalkan bagaimana tata cara berziarah, ia juga mengenalkan bahwa ada bencana besar yang pernah melanda Aceh, 18 tahun lalu."
"Dan dia harus tahu, bagaimana bersikap jika bencana datang, apa saja bentuknya, pelan-pelan dia harus belajar tentang itu,” sebut Chandra.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Haslinda (56).
Bencana yang sudah merenggut nyawa orangtua dan adiknya ini, selalu dikisahkannya kepada kedua orang cucunya.
Tujuannya untuk mengingatkan mereka, bencana bisa datang kapan saja, termasuk tsunami.
“Lihat saja dalam beberapa hari terakhir, banyak bencana terjadi di Indonesia, gempa dan banjir."
"Kita harus selalu membangun jiwa kepekaan terhadap anak-anak muda terutama bagi korban bencana, dan meningkatkan pengetahun mereka juga tentang kebencanaan,” ujar Haslinda.
Bencana tersebut menjadi peristiwa terdahsyat dan memilukan yang pernah terjadi.
Banyak korban tewas dan rumah-rumah warga tersapu oleh tsunami.
Tak mudah untuk masyarakat Aceh untuk bangkit kembali.
Namun kini mereka berhasil bangkit, bukan hanya secara infrastruktur, namun masyarakat Aceh kembali bangkit secara ekonomi dan psikologis.
(*)