Intisari-Online.com - Salah satu ciri khas dari perayaan natal 25 Desember adalah keberadaan pohon natal di berbagai tempat.
Pohon natal biasanya dipajang di rumah-rumah hingga tempat umum seperti pusat perbelanjaan.
Melihat pohon natal mulai terpasang di mana-mana membuat orang-orang merasakan semakin dekatnya hari natal.
Memasang dan menghias pohon natal juga menjadi salah satu hal yang dinanti-nantikan menjelang perayaan hari natal.
Pohon natal dihias menggunakan berbagai dekorasi seperti bintang, lampu kelap-kelip, pita, mistletoe, boneka kue jahe, termasuk tumpukan kado berisi hadiah.
Keberadaan pohon natal yang dihias dengan cantik selalu memeriahkan perayaan hari natal setiap tahunnya.
Lalu, kapankah tradisi pohon natal ini dimulai dan siapa pencetus hiasan pohon natal di rumah?
Ada banyak sumber yang menyebutkan pohon Natal berasal dari Jerman dan Inggris, termasuk diadaptasi dari kehidupan Mesir kuno.
Namun, ada pula yang menyebutkan bahwa dekorasi ini berasal dari Latvia dan Estonia, dua negara yang berbatasan langsung dengan Laut Baltik.
Penggunaan pohon cemara dalam setiap perayaan sendiri disebut telah dilakukan oleh masyarakat Mesir Kuno dan Roma.
Tradisi penggunaan pohon cemara sebagai pohon Natal kemudian terus berlangsung di Jerman dengan menambahkan pencahayaan lilin yang kemudian dibawa pertama kali ke Amerika pada tahun 1800-an.
Baca Juga: Sejarah Pohon Natal, Simbolis Pohon Cemara Era Mesir Kuno dan Romayang Punya Arti Khusus
Sejarah pun mencatat bahwa pohon Natal modern yang pada akhirnya digunakan di seluruh dunia ini berasal dari tradisi Jerman barat.
Digunaannya pohon cemara pun memiliki makna tersendiri.
Jauh sebelum lahirnya agama Kristen, tumbuhan dan pepohonan yang tetap hijau sepanjang tahun memiliki arti khusus bagi manusia di musim dingin.
Pohon itu pun dianggap melambangkan kehidupan abadi, yang biasanya dilakukan sebagai tradisi orang Mesir kuno, China dan Ibrani.
Orang kuno biasanya akan menggantungkan dahan hijau di pintu dan jendela.
Bahkan, di beberapa negara, meyakini bahwa pepohonan akan menjauhkan penyihir, hantu, roh jahat dan penyakit.
Pemujaan pohon merupakan hal yang umum di kalangan orang Eropa penyembah berhala atau tidak beragama.
Bagi masyarakat Skandinavian, mendekorasi rumah dan lumbung dengan pohon cemara pada Tahun Baru juga diyakini sebagai tradisi untuk menakut-nakuti iblis.
Kebiasan itu pun bertahan lebih jauh yang dapat diamati di antara masyarakat Jerman.
Sejarah penggunaan pohon dalam tradisi Jerman Barat diilhami dari drama abad pertengahan yang sangat populer yakni tentang Adam dan Hawa tentang 'pohon surga',
Pohon surga diterjemahkan dengan pohon cemara yang digantung dengan apel, yang melambangkan Taman Eden.
Baca Juga: Cara Menghitung Weton Berdasarkan Weton Sisa Neptu, Mudah Banget!
Sejak itu, orang Jerman mendirikan pohon surga di rumah mereka pada tanggal 24 Desember, di hari raya keagamaan Adam dan Hawa.
Sementara itu, Profesor studi agama asal University of Sydney, Carole Cusack, menjelaskan Martin Luther juga punya andil dalam mempopulerkan pohon Natal.
Adapun, Martin Luther adalah tokoh reformasi Protestan yang lahir di kota Eisleben, Jerman pada 1483.
Disebutkan bahwa Martin Luther dianggap sebagai orang yang mempopulerkan tradisi menyalakan pohon Natal.
Pada saat itu, ia menggunakan lilin dan tradisi ini ditularkan oleh imigran asal Jerman ke negara lain.
Cusack menuturkan, dari situlah pohon Natal menyebar ke seluruh dataran Eropa ketika abad ke-18.
Tidak berhenti sampai di tangan para imigran Jerman, kepopuleran pohon Natal lantas dilanjutkan oleh Ratu Charlotte.
Adapun, Ratu Charlotte memutuskan untuk menikah pada pertengahan abad ke-18 dengan Raja George III.
Dari situ, sang Ratu membawa tradisi memajang pohon Natal ke dalam keluarga kerajaan. Namun, dekorasi ini semakin populer ketika Illustrated London News mempublikasikan sebuah ilustrasi pada 1848.
Illustrated London News menerbitkan ilustrasi Ratu Victoria dan Pangeran Albert bersama keluarga kerajaan yang berkumpul di dekat pohon Natal yang sudah dihias.
Dari situlah tradisi memajang pohon Natal semakin populer dan menyebar ke negara-negara lain.
(*)