Intisari-Online.com - Dalam acara pernikahan Kaesang-Erina, rupanya terjadi peningkatan penggunaan jet pribadi.
Tak tanggung-tanggung,PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Adi Soemarmo Solo di Boyolali, Jawa Tengah menjelaskan bahwa ada45 pesawat jet pribadi yang memesan parkir menjelang pernikahanKaesang-Erina.
Di mana rute beberapa di antaranya dengan rute terpendek, yaitudari Yogya (Adi Sucipto)yang sebenarnya bisa ditempuh dengan mobil hanya dalam waktu 1,5 jam.
Kritik itupun disampaikan olehPeneliti dan Manajer Riset Trend Asia Zakki Amali dalam akun media sosial Twitternya.
Dalam cuitannya, Zakki mengkritik bahwa penggunaan jet pribadi pada rute terpendek bisa menghasilkanemisi gas yang besar.
Perlu Anda tahu, menurut Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional (IATA), 1 kg bahan bakar yang dibakar oleh mesin jet pribadi dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca sebesar 3,16 kg karbon dioksida.
Sementara menurutEuropen Federation for Transport and Environment, 1 jam penerbanganpesawat jet pribadi bisa menghasilkan 2 metrik ton atau 2.000kg karbon dioksida.
Sebenarnya bagaimana aturan pesawat jet pribadi rute pendek?
Dilansir dari kompas.com pada Rabu (14/12/2022), sebenarnya tidak ada batasan aturan rute terpendek dalam penerbangan pesawat jet pribadi.
Hal itu disampaikan olehPengamat Penerbangan Alvin Lie.
Jadi, menurutnya, jika adapesawat jet pribadi putar-putar di dalam kota. Lalu kemudian mendarat lagi, tidak masalah.
Baca Juga: Intip Keistimewaan Kereta KencanaKaesang-Erina,dari Kuda Sampai Sosok Kusirnya
Sebab itu hak pemilik pesawat jet pribadi atau penyewanya.
"Yang pasti segala biaya ditanggung sendiri," imbuhAlvin Lie.
Namun memangpesawat jet pribadi bertanggung jawab atas sekitar 4% dari semua emisi penerbangan.
Data ini berdasarkan sebuah studipada 2016 yang dilansir dariThe Guardian.
Jika dilihat sekilas, angka 4% itu masih terbilang kecil jika dibandingkan dengankeseluruhan sumber gas emisi yang dihasilkan.
Akan tetapi faktanya fenomena ini terus meningkat menurutpengacara di Institut Hukum Iklim Pusat Keanekaragaman Hayati,Scott Hochberg.
Khususnyapenerbangan rute pendek pesawat jet pribadi.
Jadi jika terus mengalami peningkatan, bukan tidak mungkin ini akan memberikan dampak buruk bagi lingkungan.
Apa yang dikatakanScott Hochberg juga diakuipakar transportasi UI, Tri Cahyono.
Tri Cahyonobahkan menyebut fenomena ini (penerbangan rute pendek pesawat jet pribadi) sama sepertifenomena mobil pribadi vs angkutan umum.
"Bila ingin carbon neutral ya perkecil penggunaan pesawat terbang pribadi di udara, dan kendaraan pribadi di darat,"jelasTri Cahyono.
Namun bukan berarti penggunaan jet pribadi rute pendek buruk.
Terkadang perjalanan udara dibutuhkan untuk situasi penting. Misalnya darurat medis ataumengangkut organ transplantasi.
Tapi jika tidak terlalu penting, ada baiknya menggunakan pesawat komersil.
Bagaimana menurut Anda dengan fenomena ini?