Mereka lebih suka menangkap cheetah liar dewasa daripada yang anakan, karena yang dewasa sudah punya kemampuan berburu yang bisa dimanfaatkan.
Serupa dengan elang, cheetah-cheetah itu ditutup matanya di lapangan, sampai mangsanya keluar, lalu cheetah akan dilepaskan untuk mengejar mangsanya.
Cheetah lebih kecil dari kucing besar lainnya, tapi mereka merupakan hewan darat tercepat di dunia.
Orang Mesir kuno menganggap cheetah sama tingginya dengan semua kucing lainnya, dan mereka memainkan peran integral dalam kehidupan dan budaya Mesir.
Perihal alam baka, orang Mesir percaya bahwa orang yang meninggal akan memulai perjalanan alam baka, menelusuri rute Re, dewa matahari.
Setelah menghilang bersama matahari terbenam di barat, Re melewati dunia bawah dengan perahu untuk kembali ke titik awalnya di timur.
Selama perjalanan ini, almarhum, di atas kapal Re, harus menghadapi makhluk ganas yang menghalangi jalan menuju kehidupan baru mereka.
Yang paling tangguh adalah Apep, seekor ular yang berniat menghentikan kapal Re dan membawa kekacauan ke dunia.
Apep akan mengancam Re setiap malam.
Bangsawan Mesir punya Kitab Orang Mati untuk menuntun jiwa-jiwa orang yang telah mati di alam baka.
Kutipan dari Kitab Orang Mati dilantunkan oleh seorang pendeta selama upacara pemakaman di makam.
Baca Juga: Menjulang Tinggi Seorang Firaun Raksasa Setinggi 2,2 Meter, Siapkah Dia?
Selanjutnya dilakukan serangkaian ritual untuk mempersiapkan orang mati untuk perjalanan mereka.
Di antaranya adalah ritual yang disebut "pembukaan mulut", di mana alat-alat ritual diterapkan pada gambar almarhum di sarkofagus.
Diyakini upacara ini mengaktifkan kembali indera mayat.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR