Intisari-Online.com- Di mata awam, sosok mereka bagaikan Superman. Tak pernah lengah, apalagi kalah.
Gesit bagai tupai, mengendap seperti kucing, berotot kawat dan bertulang besi. Itulah anggota pasukan khusus.
Film dan novel boleh jadi mengambil peran dalam membentuk citra itu.
Dalam film atau novel, pasukan khusus memang ditampilkan seperti kumpulan manusia setengah dewa.
Dengan hanya berkekuatan enam orang, misalnya, mereka bisa merebut satu daerah yang dijaga satu batalion.
Di lain kisah, mereka mampu menyusup ke barak militer musuh dan menyelamatkan re-kannya yang ditawan.
Meski tak sedramatis di film atau novel, kiprah pasukan khusus memang lebih seru ketimbang pasukan biasa.
Mampu berbicara minimal dua, ada yang sampai lima bahasa, pasukan khusus selalu beraksi penuh rahasia dan memiliki dampak politis yang besar.
Karena kerahasiaan misi yang diembannya, timbul kesan pasukan khusus bergerak bagai bayangan.
Dan cerita komplet operasi yang dijalankan serta wajah anggota pasukan khusus jarang muncul di media massa.
Itulah yang menyebabkan bumbu-bumbu cerita tumbuh subur di sekeliling mereka.
1. Green Baret
Pasukan khusus AD AS ini dirancang dan dibentuk pada 1940-an.
Gagasannya berasal dari PD II. Waktu itu pasukan Sekutu mengalami kekalahan di Eropa dan Filipina.
Tapi ada beberapa kelompok yang masih bertahan di sejumlah kantung di daerah musuh.
Pasukan-pasukan itu kemu-dian dimanfaatkan AD AS dan AD Inggris untuk menggedor pertahanan musuh.
Dari kelompok itulah muncul A Team. Terdiri dari 12 orang, kelompok ini memang punya reputasi hebat.
Mereka, misalnya, bisa melatih, memimpin dan mempersenjatai 1.500 pasukan dalam waktu singkat.
Padahal sukarelawan itu, yang biasanya diambil dari penduduk setempat, sebelumnya sama sekali buta tentang kemiliteran dan tak mengerti bahasa Inggris.
A Team kemudian jadi cikal bakal US Army Special Force adalah nama resmi pasukan ini.
Lebih populer dengan sebutan Green Beret, yang diambil dari warna topi yang dipakainya.
Ada tiga macam misi yang dijalankannya. Yakni UW (Unconventional Warfare), FID (Foreign Internal Defense), STRAT RECON (Strategy Reconnaissance), dan STRIKE MISSION.
UW, adalah misi melatih penduduk setempat untuk melawan penguasa. Sebaliknya pada FID, mereka meningkatkan mutu pasukan pemerintah untuk menghadapi gerilyawan pemberontak.
Misi ketiga bertujuan mengumpulkan informasi tentang musuh. Pencarian ini dilakukan langsung di garis pertahanan musuh. Strike Mission, adalah penyerangan ke titik-titik penting pertahanan musuh.
2. Pasukan Gurkha
Pada 1813, pasukan Inggris yang berada di India bertempur melawan Gurkha, suku bangsa yang hidup di perbukitan Nepal.
Inilah kemenangan yang paling sulit diraih pasukan Inggris yang memaksa mereka angkat topi dengan semangat juang orang-orang Gurkha.
Sebaliknya, orang-orang gunung itu menaruh hormat terhadap keahlian tempur pasukan Inggris. Rasa saling menghormati itu menjadi benih lahirnya pasukan Gurkha yang dibentuk dua tahun kemudian, 1815.
Satu abad lebih pasukan Gurkha menjadi bagian AD Inggris. Tapi ketika Inggris meninggalkan India, sebagian dipecah ke AD India. Sedangkan yang tetap di bawah AD Inggris dipindah ke Malaysia.
Di Malaysia ketangguhan pasukan Gurkha makin terbukti. Mereka memainkan peranan penting dalam mematahkan gerilyawan komunis. Pada 1967, mereka meninggalkan Malaysia dan bermarkas di Hong Kong.
Nama pasukan Gurkha melejit kembali pada Perang Malvinas. Mereka mendarat pada awal Juni 1982. Selama seminggu mereka berpatroli di sekitar pulau untuk mencari pasukan Argentina.
Pada 8 Juni, mereka mendatangi Port Stanley, yang dikuasai tentara Argentina. Tapi pertempuran hebat tak terjadi.
Tentara Argentina amat terkejut ketika mengetahui mereka berhadapan dengan pasukan Gurkha yang legendaris itu. Tanpa pikir panjang, mereka lari menyelamatkan diri.
3.Barisan Berani Mati
Saat Jepang mulai menguasai Indonesia dengan penuh, mereka membentuk satuan semimiliter bernama Jibakutai.
Pasukan ini dilatih untuk membantu pasukan Jepang jika ada serangan dari sekutu.
Jibakutai disebut-sebut sebagai kamikaze rasa Indonesia yang anggotanya terdiri dari warga Jepang dan warga lokal Indonesia sendiri.
Setelah Jepang menyerah kepada sekutu, Jibakutai berubah menjadi Barisan Berani Mati dan melawan sekutu yang masuk Indonesia.
Banyak dari pasukan ini mempersenjatai tubuhnya dengan bom lalu berlari dan meledakkan diri di kerumunan tentara musuh.
Ada juga yang meledakkan diri di dekat kendaraan tempur agar tidak bisa digunakan lagi.
(*)