Rango, seperti halnya pakar lainnya, meyakini lingkungan kerja menjadi pemicunya. Paparan udara panas terus-menerus bisa membuat para petani berkeringat sangat banyak dan menjadi dehidrasi. Sementara itu, mereka juga berada di lingkungan yang lembab tanpa akses air minum yang cukup.
"Kesamaan para penderita CKDu ini adalah mereka kepanasan," kata Pearce.
Petani yang bekerja di perkebunan tebu rata-rata minum 7 liter air dan kehilangan sekitar 2 kilogram berat badan sehari saat menjalani jam kerja yang panjang.
Faktor lainnya adalah gaya hidup, misalnya konsumsi alkohol dan tembakau, yang juga bisa menyebabkan dehidrasi dan lama-kelamaan merusak ginjal. Dalam wawancara dengan 30 pasien CKDu diketahui, mayoritas merokok dan sering minum alkohol.
Sampai saat ini beberapa faktor lain juga dicurigai sebagai penyebabnya, termasuk pestisida, zat kimia pertanian, dan logam berat dalam air minum.
"Cadmium dan arsenik di air juga diduga menjadi penyebab, tapi belum ada bukti kuat atas dugaan itu," kata Herath Manthrithilake, Kepala Program International Water Management Institute Sri Lanka.
Perdebatan mengenai penyebab CKDu memang masih berlangsung. Penelitian juga belum menunjukkan titik terang akan mendapatkan hasil dalam waktu dekat.
Sampai saat ini, prioritasnya adalah memeriksakan secara cepat setiap keluhan dan meningkatkan kondisi kerja yang lebih baik dalam cuaca sepanas itu.
Jika pasien datang dalam kondisi kelelahan dan tak nafsu makan, kemungkinan ia sudah didiagnosis terlambat dan kerusakan ginjalnya tak bisa diperbaiki. Pengobatannya hanya cuci darah.
(kompas.com)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR