Intisari-Online.com - Drone tempur memainkan peran penting dalam perang di Ukraina.
Baik Rusia dan Ukraina menggunakan drone jumlah besar untuk mengumpulkan informasi intelijen, mempresisikan tembakan artileri, dan menjatuhkan bom.
Iran pada Sabtu (5/11/2022) untuk kali pertama mengakui bahwa mereka telah memasok drone ke Rusia.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan, sejumlah kecil drone telah dipasok ke Rusia beberapa bulan sebelum tentara Moskwa menginvasi Ukraina pada 24 Februari.
Meski begitu, Teheran tidak langsung terus menerus memasok drone.
“Soal drone itu benar dan kami menyediakan Rusia sejumlah kecil drone beberapa bulan sebelum perang Ukraina,” imbuh Amirabdollahian.
Terlepas dari itu,The Telegraph pada Minggu (6/11/2022), mengunggah sebuah video yang memperlihattkan
seorang tentara Rusia dengan santai menangkap dua bom yang dijatuhkan drone Ukraina kemudian membuangnya.
Setelah dilemparkan tentara Rusia, bom-bom tersebut meledak.
Tentara Rusia tersebut sedang bersembunyi di dalam parit medan perang.
Prajurit Rusia itu berbaring sendirian di parit ketika dia menjadi sasaran drone Ukraina.
The Telegraphjuga melaporkan bahwa para tentara Rusia mengalami kemunduran yang signifikan dalam perang di Ukraina.
Sementara itu kantor berita Verstka melaporkan bahwa para tentara Rusia yang dikerahkan ke garis depan di Luhansk dan Donbas diperintahkan menggali parit untuk pertahanan.
Presiden Rusia Vladimir Putin memulai invasi ini sejak memerintahkan pasukan militernya untuk meluncurkan serangan berskala penuh ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022)
Invasi yang disebut Putin sebagai 'operasi militer khusus' ini bertujuan untuk memberantas 'genosida' di Donbas, serta 'demiliterisasi' dan 'denazifikasi' Ukraina.
Namun dalam perkembangannya, Rusia justru mencaplok 4 wilayah Ukraina yakni Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, dan Kherson sekaligus.
Konflik bersenjata yang terjadi di antara negara bertetangga tersebut hingga kini masih berlanjut dan belum tampak tanda-tanda untuk segera berakhir.
Bahkan, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dan mantan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menilai perang Rusia vs Ukraina dapat berlangsung selama beberapa tahun.
Baca Juga: Tak Ada Pilihan Selain Perang, Vladimir Putin Ungkap Alasannya Hancurkan Ukraina dengan Militer
(*)