Mereka bersaing mencari perhatian raja agar dapat dipilih sebagai pendamping raja.
Persaingan yang dilakukan para wanita khususnya wanita
dengan status sosial rendah, berkeinginan untuk meningkatkan jenjang kelas sosial.
Status sebagai pendamping raja, kedudukan hanya sebagai selir atau gundik namun para wanita berkesempatan untuk tinggal di lingkungan keraton dengan segala fasilitas yang tidak didapatkan para wanita di luar istana.
Keinginan yang mereka harapkan, kelak akan memberikan keturunan laki–laki kepada raja, sebab apabila dapat memberikan keturunan laki – laki maka status sosial selir atau gundik akan naik.
Status ternyata tidak mengurangi rasa percaya diri bagi seorang wanita yang sudah dipilih raja untuk menjadi istri selir.
Suatu rasa bangga yang ditunjukkan seorang selir kepada beberapa istri raja yang resmi apabila bisa menemani raja pada waktu istirahat.
Dari gambaran nyata telah membuktikan bahwa kekuasaan raja sebagai senjata utama untuk mendapatkan segalanya.
Sebab terdapat suatu pendapat yang menyatakan, bahwa konsep lelaki ideal dalam imajinasi Jawa harus memiliki benggol (uang) dan bonggol (kejantanan seksual).
Baca Juga: 'Kehidupan Ranjangnya' Dingin, Wenxiu Jadi Satu-satunya Gundik yang Ceraikan Kaisar China
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR