Adik Gus Baha Menang Pilkades, Meski Lawannya Bagikan Uang Ratusan Ribu, Warga: 'Duit Ora Payu'

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Video arak-arakan warga dengan teriakan kata-kata 'Duit Ora Payu' mengiringi kemenangan Gus Faruq sebagai kepala Desa Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Video arak-arakan warga dengan teriakan kata-kata 'Duit Ora Payu' mengiringi kemenangan Gus Faruq sebagai kepala Desa Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Intisari-Online.com -Muhammad Umar Faruq,adik sepupu KH Bahauddin Nursalim alias Gus Baha,disebut berhasil memenangkan kursi pilkades tanpa menggunakan politik uang.

Di sisi lain kompetitornya yang juga seorang petahana diduga membagikan uang ratusan ribu rupiah kepada warga agar dapat memenangkan pemilihan tersebut.

Dalam Pilkades tersebut, dari total 1.039 suara sah, Gus Faruq memperoleh 709 suara.

Sementara kompetitornya, Hanik Setiyawati, hanya memperoleh 330 suara.

Bahkan dalam sebuah videoberdurasi 28 detik yang viralmemperlihatkan aksi arak-arakan di Desa Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Dalam video tersebut terlihat warga meneriakkan kata-kata berbahasa jawa yang berbunyi duit ora payu (uang tidak laku) dengan diiringi arak-arakan.

Gus Faruq ternyata yang diarak lantaranmemenangkan pemilihan kepala desa (Pilkades) di desa tersebut pada Minggu (2/10/2022) lalu sebagaimana diwartakan Kompas.com.

Dalam video yang viral tersebut, Gus Faruq terlihat digandeng oleh Gus Umam yang merupakan adik kandung dari Gus Baha.

Gus Umam atau yang mempunyai nama lengkap Zaimul Umam Nursalim merupakan Ketua DPC PPP Rembang.

Kata-kata duit ora payu dilontarkan secara berulang-ulanguntuk membuktikan bahwa untuk memenangkan pemilihan kepala desa tidak perlu menggunakan politik uang.

Gus Umam, saat dimintai tanggapannya terkait video viral itu, membenarkan hal tersebut merupakan sikap masyarakat yang anti politik uang dalam memilih Gus Faruq sebagai kepala desa setempat.

"Memang kami ini sejak awal tidak punya kemampuan secara logistik."

"Tapi kami punya kekuatan interaksi sosial kepada masyarakat yang sudah terbangun sejak buyut-buyut saya," kata dia kepada wartawan.

Dirinya mengatakan, kultur masyarakat di Narukan memang menjunjung kerukunan dan kebersamaan tanpa membutuhkan embel-embel keuntungan material.

"Loyalitas dan militansinya memang luar biasa. Segala sesuatu tidak pernah melihat tentang pragmatisme."

"Segala sesuatu tidak pernah dikapitalisasi," ujar dia.

Baca Juga: Semoga Tidak Terjadi, Ini Skenario Terburuk Barat Jika Perang Nuklir Terjadi dengan Rusia

(*)

Artikel Terkait