Intisari-Online.com - Apa tujuan PKI didirikan? Berikut ini sejarah awal mula lahirnya PKI atau Partai Komunis Indonesia.
Pada awal kemerdekaan, PKI merupakan salah satu partai terbesar di Indonesia.
Partai ini merupakan partai pemenang nomor empat pada Pemilu 1955.
Selain PKI, partai terbesar lainnya pada masa itu adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), Masyumi, dan Nahdatul Ulama.
Namun, PKI dibubarkan pada 12 Maret 1966, di akhir masa kepemimpinan presiden Soekarno.
Selain itu, PKI juga dinyatakan sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia.
Pembubarannya tak lepas dari peristiwa 30 September 1965, saat itu PKI disebut terlibat dalam tragedi kelam tersebut.
Awal Mula PKI didirikan dan Tujuannya
Lahirnya PKI diawali oleh berdirinya sebuah organisasi komunis bernama Indische Social Democratische Vereniging (ISDV) pada tahun 1914.
Organisasi tersebut didirikan oleh Henk Sneevliet. Ia dikenal sebagai tokoh yang membawa pengaruh komunisme di Indonesia.
Henk Sneevliet mendirikan ISDV dengan tujuan untuk menanamkan paham marxisme-komunisme terhadap perjuangan nasional Indonesia.
Ia menjalankan misi menyebarkan paham tersebut lewat sejumlah organisasi, salah satunya organisasi Sarekat Islam (SI).
Sneevliet menyebarkan paham tersebut lewat Semaun, Alimin, Darsono, dan tokoh SI lainnya.
Sarekat Islam yang saat itu merupakan salah satu organisasi besar di Indonesia, akhirnya terpecah menjadi dua kubu,yaitu SI Merah (Komunis) dan SI Putih (Agamis).
Hal itu terjadi usai salah satu tokoh pentingnya, Semaun, berusaha menanamkan paham komunis di SI.
Semaun bersama anggota SI Merah dan tokoh komunis kemudian mengadakan Kongres ISDV di Semarang pada Mei 1920.
Hasilnya, nama ISDV diubah menjadi Perserikatan Komunis di Hindia (PKH), yang diketuai oleh Semaun dan Darsono sebagai wakilnya.
Nama PKI atau Partai Komunis Indonesia sendiri digunakan setelah kongres lainnya pada tahun 1924.
Sejak saat itu, nama PKH diubah menjadi PKI (Partai Komunis Indonesia).
PKI dan Perjuangan Pergerakan Nasional
Sejak berdirinya, PKI ikut berperan penting dalam perjuangan pergerakan nasional Indonesia.
Gerakan perjuangan PKI dikenal bersifat radikal dan mengedepankan cara-cara kekerasan untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat pribumi terhadap kekuasaan kolonial.
Pada 25 Desember 1925, PKI mengadakan rapat besar yang mengundang pimpinan cabang PKI di seluruh Indonesia.
Rapat tersebut menghasilkan keputusan untuk melaksanakan aksi pemberontakan terhadap pemerintah kolonial Belanda di beberapa kota Indonesia.
Realisasi aksi pemberontakan PKI dilaksanakan pada tahun 1926-1927.
Dalam buku Sejarah Indonesia Modern: 1200-2004 (2005) karya M.C Ricklefs, aksi pemberontakan PKI berawal di Jakarta dan Tangerang pada tanggal 12 November 1926.
Di Jakarta, PKI bergerak menyerang polisi Belanda dan merusak sambungan telepon untuk memutus komunikasi.
Setelah itu, PKI bergerak menuju penjara Glodok untuk membuat kerusuhan dan membebaskan beberapa tahanan.
Pemberontakan PKI pada tahun 1926 meluas hingga ke karisidenan Banten, Bandung, Priangan Timur, Surakarta, Kediri, Banyumas, Pekalongan, dan Kedu.
Pola pemberontakan di daerah-daerah tersebut hampir sama dengan pola pemberontakan PKI di Jakarta.
Pada tahun 1927, pemberontakan PKI meluas hingga ke pulau Sumatera. Pusat pemberontakan PKI di Sumatera berlangsung di Sawah Lunto, Sumatera Barat.
Pemberontakan PKI pada tahun 1926-1927 mengalami kegagalan. Belanda pun melakukan penangkapan massal, pemenjaraan, pembunuhan, dan pembuangan terhadap anggota PKI.
Pada akhirnya, PKI mengalami kehancuran dan seluruh gerakan revolusioner radikal Indonesia dibekukan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Dibubarkannya PKI
Sebelum tragedi 30 September 1965, PKI sendiri pernah terlibat dalam pemberontakan besar Indonesia, yaitu Pemberontakan PKI Madiun.
Untuk menghentikan Pemberontakan PKI Madiun 1948, Kolonel AH Nasution melakukan operasi penumpasan pada 20 September 1948.
Meski begitu, Pemberontakan PKI di Madiun tidak menghentikan dukungan dari sebagian rakyat Indonesia.
Pada 1955, PKI ikut pemilu dan bahkan berakhir menduduki posisi keempat.
Dua tahun berselang, Partai Masyumi, yang merasa tersaingi, menuntut agar PKI dilarang.
Tidak berselang lama, terbentuklah Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang ditugaskan untuk menangkap ribuan kader PKI.
Mengetahui peristiwa tersebut, Soekarno, yang mendukung sayap kiri mengeluarkan Undang-undang Darurat.
Pada 1960, Soekarno mencetuskan slogan Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme).
Lewat Nasakom, PKI pun dilembagakan oleh Soekarno.
Namun, pada akhirnya PKI dibubarkan pada 1965 setelah peristiwa G30S.
Meski Soekarno tidak bersedia untuk membubarkan PKI, namun tuntutan untuk membubarkan PKI terus berdatangan.
PKI pun dibubarkan setelah Soeharto mengambil alih kepemimpinan.
(*)