Intisari-online.com - Sebuah kabar mengejutkan dari aliansi militer pimpinan AS NATO, yang melakukan manuver "tak biasa"
Dalam sebuah laporan terbaru, mengutip RT, negara anggota NATO mulai kepincut untuk bergabung dengan China dan Rusia.
Hal ini disampaikan Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan bergabung dengan Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) adalah "tujuan" Ankara.
"Hubungan kami dengan negara-negara SCO akan berubah ke posisi yang sangat berbeda setelah langkah selanjutnya," lapor Reuters pada 18 September, mengutip Presiden Turki Tayyip Erdogan.
Sebelumnya, Erdogan mengadakan pertemuan dengan para pemimpin negara-negara anggota SCO selama KTT yang diadakan di Uzbekistan.
Ditanya apakah Turki ingin menjadi anggota SCO, Erdogan berkata, "Tentu saja, itu tujuan kami."
Turki saat ini menjadi mitra SCO, sebuah blok keamanan yang mencakup China, Rusia, India, Pakistan, Iran, Kirgistan, Tajikistan, Kazakhstan, dan Uzbekistan.
Erdogan mengatakan Turki memiliki hubungan "sejarah dan budaya" dengan Asia.
Ia ingin berperan dalam SCO, yang mewakili sekitar 30% dari PDB global.
Setelah berdiskusi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada konferensi SCO.
Erdogan mengatakan Moskow dan Ankara telah menyelesaikan ketidaksepakatan mereka mengenai pembangkit listrik tenaga nuklir yang sedang dibangun di Akkuyu (Turki selatan).
Bulan lalu, perusahaan energi Rusia Rosatom mengakhiri kontraknya dengan perusahaan Turki IC Ictas, menuduh IC Ictas melakukan "pelanggaran kontrak" dalam pembangunan pabrik.
Turki menandatangani kemitraan dengan SCO pada 2013.
Jika menjadi anggota SCO, Turki dapat memiliki lebih banyak peluang untuk bekerja sama dengan negara-negara di blok tersebut, terutama Rusia dan China.
Namun, sekutu NATO Turki tentu tidak akan senang dengan langkah Ankara ini, menurut Reuters.
Selama konflik Rusia-Ukraina, Turki diam ketika Barat menyerukan sanksi terhadap Moskow.
Turki percaya bahwa cara terbaik untuk menyelesaikan konflik di Ukraina adalah melalui negosiasi.
"Tujuan kami adalah mengundang Presiden Rusia Putin dan Presiden Ukraina Zelensky ke Turki untuk menyelesaikan krisis secara menyeluruh," saluran TV Turki A Haber mengutip Erdogan mengatakan pada 22 Agustus.