CarbonEthics memamerkan ‘Blue Economy Initiative’ pada Pertemuan G20

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

CarbonEthics memamerkan ‘Blue Economy Initiative’ pada Pertemuan G20
CarbonEthics memamerkan ‘Blue Economy Initiative’ pada Pertemuan G20

Intisari-Online.com -Tahun ini, Indonesia meraih kesempatan prestisius untuk menjadi tuan rumah KTT (Konferensi Tingkat TInggi) G20 2022.

G20 berkolaborasi dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk menggelar G20 Development Ministerial Meeting Side Event selama dua hari, dengan tema utama The Development of Indonesia's Blue Economy Roadmap di Belitung pada tanggal 7-8 September 2022.

Bank Dunia mendefinisikan ekonomi biru sebagai ‘pemanfaatan berkelanjutan sumber daya laut untuk pertumbuhan ekonomi, peningkatan mata pencaharian, dan pekerjaan sambil menjaga kesehatan ekosistem laut’.

Diperkirakan sebanyak 70% penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir, yang berarti mata pencaharian jutaan penduduk Indonesia bergantung pada laut.

“Ini adalah kesempatan untuk menegaskan besarnya potensi ekonomi laut Indonesia, yang jika dimanfaatkan secara maksimal, akan berkontribusi signifikan bagi pemulihan dan transformasi ekonomi bangsa.

Utamanya untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja, produktivitas, dan nilai tambah bagi perekonomian, ucap Amalia Adininggar Widyasanti, Wakil Menteri Bidang Ekonomi Bappenas, di Belitung pada hari Selasa (6/9).

CarbonEthics, sebuah organisasi akar rumput yang didirikan oleh pemimpin muda Indonesia, menerima kehormatan untuk memamerkan karyanya di sektor ekonomi biru selama pertemuan ini.

CarbonEthics diwakili oleh Jessica Novia, Co-founder sekaligus Chief Marketing Officer CarbonEthics.

“Perubahan iklim adalah krisis kemanusiaan terbesar dunia modern, kita perlu mengambil tindakan segera sekarang,” ucap Jessica.

CarbonEthics bertujuan untuk memulihkan keseimbangan iklim melalui solusi berbasis alam, dengan pionir dalam ekosistem karbon biru.

Ekosistem karbon biru adalah ekosistem di wilayah pesisir dan laut yang menyerap karbon seperti mangrove, rumput laut, lamun, dan terumbu karang.

“Indonesia memiliki stok karbon biru tertinggi secara global dari mangrove kita, tetapi kita juga memiliki salah satu tingkat deforestasi tertinggi di dunia, jadi penting bagi kita untuk melindungi dan melestarikannya, ucap Jessica.

“Masyarakat lokal adalah jantung dari upaya konservasi kami.

CarbonEthics menerapkan model konservasi berbasis masyarakat untuk memberdayakan dan mengembangkan masyarakat pesisir, sehingga mereka dapat menjadi yang terdepan dalam melindungi wilayah pesisir mereka, memastikan ekonomi biru untuk generasi yang akan datang sekaligus memulihkan keseimbangan iklim bagi dunia,“ tambah Jessica.

CarbonEthics juga mendorong individu dan institusi untuk mengadopsi gaya hidup rendah karbon dengan mengurangi dan menetralkan jejak karbon mereka.

Untuk mengakhiri presentasi, Jessica mendorong para peserta pertemuan untuk menghitung emisi karbon mereka dari menghadiri pertemuan G20 ini di situs web CarbonEthics di https://www.carbonethics.org/carbon-calculator.

(*)

Artikel Terkait