Intisari-online.com - Salah satu momen yang selalu diingat ketika kenaikan harga BBM adalah ketika Megawati Soekarnoputri dan Puan Maharani menangis tahun 2008 silam.
Saat itu, Megawati dan Puan menyampaikan protes terkait kenaikan harga BBM oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 2008 silam.
Bahkan Megawati menangis, saat memberikan sambutan dalam rapat kerja nasional PDI Perjuangan di Makassar, pada 27 Mei 2008.
Beberapa elit partai banteng moncong putih itu, ikut menitihkan air mata, saat mendengar pidato Megawati.
"Banyak rakyat lapar karena tingginya angka kemiskinan, tidak mendapatkan pendidikan yang bagus, tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik," kata Megawati dengan suara parau menahan tangis.
"Saya sedih melihat rakyat banyak yang menderita, padahal kita punya banyak kekayaan alam, namun angka kemiskinan tinggi," lanjut Mega.
Saat itu Megawati beberapa kali mengusapkan air mata selama pidato.
Berbeda dengan situasi di atas, kondisi Megawati saat ini justru berbeda, ia mendukung penuh upaya pemerintah dalam menaikkan harga BBM.
"Bagaimanapun kita tak kan bisa mempertahankan harga lama," katanya di sela Jeju Peace Forum, di Seoul, Kamis (15/9).
"Kalau nanti tidak dinaikkan, situasi kondisinya malah menjadi lebih sulit, lalu bagaimana," katanya.
Ia mengajak masyarakat memahami keputusan Presiden Jokowi, mengurangi jumlah subsidi BBM, sehingga membuat kenaikan harga pertalite dan solar.
Menurut Megawati, dia mempelajari situasi ini, dan menilai kenaikan harga BBM itu sebenarnya sangat jelas.
"Sampai menteri keuangan turun tangan menjelaskan alasannya, sebenarnya masalah BBM itu, kalau kita pelajari dengan baik, malah memberikan sebuah kesempatan," katanya.
Dirinya yakin pemerintah Jokowi memutuskan hal ini dengan tidak mudah.
"Bukan karena kebetulan Pak Jokowi, adalah presiden yang diusung PDI-P, saya juga tahu nanti bisa dibawa-bawa urusan PDI-P," ujarnya.
"Tapi situasinya tidak mudah, tidak asal-asalan BBM dinaikkan," sambungnya.
Menurutnya, ini semua sudah dipertimbangkan matang-matang oleh pemerintah.
Dia juga mengatakan, dirinya merasa masih ada orang yang tidak mau mengerti kondisi yang ada.
Menurutnya hal tersebut, justru sangat memprihatinkan.
Ia menilai, kondisi berat saat ini disebabkan karena Indonesia dan dunia belum benar-benar keluar dari Pandemi Covid-19.
"Jadi jangan justru dibalik ya bahwa memang Covid ini seperti sebuah pertimbangan, yang tidak mudah apakah dilepas saja?" katanya.
Kalau dilepas, juga rakyat yang kena, artinya bisa membuat banyak orang yang menderita.