Intisari-Online.com - Agresi China di Asia, khususnya di Laut China Selatan, telah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.
Apalagi agresi China telah mengancam Taiwan dalam beberapa pekan terakhir, dan juga terus memanaskan ketegangan di Laut China Selatan.
Faktanya, sebuah studi yang ditugaskan oleh Departemen Pertahanan Australia yang dirilis minggu ini telah melihat betapa merusaknya perang di kawasan Laut China Selatan itu.
Dilansir dari express.co.uk pada Rabu (24/8/20220, ditemukan bahwa 90% impor bahan bakar Australia akan hilang dalam skenario perang.
Tetapi para ahli telah mempelajari situasi militer di Laut China Selatan selama bertahun-tahun, dan memperingatkan bahwa pangkalan China di sana memiliki beberapa kelemahan besar.
Selama bertahun-tahun militer China telah membangun pangkalan besar di pulau-pulau di wilayah yang dilengkapi dengan perangkat keras militer dan ditempatkan di lokasi yang menguntungkan.
Ini telah terjadi meskipun negara-negara Asia lainnya sangat marah dengan perkembangan tersebut.
Tetapi Naval and Merchant Ships, sebuah majalah yang berbasis di Beijing yang diterbitkan oleh China State Shipbuilding Corporation, yang memasok militer China, mengakui pada tahun 2020 bahwa pangkalan pulau itu memiliki kelemahan.
Dalam laporannya, dikatakan: "Pulau-pulau dan terumbu karang di Laut China Selatan memiliki keunggulan unik dalam menjaga kedaulatan nasional dan mempertahankan kehadiran militer di laut terbuka."
"Tetapi mereka memiliki kelemahan alami berkaitan dengan pertahanan militer mereka sendiri."
Ia juga menambahkan bahwa pangkalan tersebut akan memiliki kemampuan anti-serangan yang "sangat terbatas".
Laporan itu melanjutkan: "Tempat perlindungan pulau kekurangan vegetasi, batu alam dan tanah dan penutup lainnya, dan ketinggiannya rendah, sementara permukaan air tanahnya tinggi."
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR