Diklaim Bikin Kasus Brigadir J yang Sederhana jadi Penuh Drama, 'Perang Bintang' di Mabes Polri Pernah Dibongkar Sosok Ini, Ada 4 'Geng' yang Kerap Berebut Takhta Tertinggi

Tatik Ariyani

Penulis

Bharada E ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus polisi tembak polisi yang menewaskan Brigadir J.
Bharada E ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus polisi tembak polisi yang menewaskan Brigadir J.

Intisari-Online.com-Rabu (3/8/2022), Bareskrim) Polri menetapkan Bharada Richard Eliezer atau Bharada E sebagai tersangka atas tewasnya Brigadir Nofriansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.

Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Bareskrim Polri Brigjen Pol Andi Rian mengatakan, Bharada E akan ditahan usai dilakukan pemeriksaan sebagai tersangka.

Andi menyebutkan, Bharada E diduga tidak dalam situasi membela diri saat membunuh Brigadir J.

Penetapan Bharada E sebagai tersangka ini kemudian melahirkan benturan antara spekulasi publik dan keterangan atau penjelasan kepolisian.

Bahkan, disebutkan pula adanya 'perang bintang' di Mabes Polri.

Rocky Gerung, Akademisi dan Pengamat Politik, pun turut angkatbicara terkait hal tersebut di kanal YouTube miliknya Rocky Gerung Official dalam perbincangan bersama wartawan senior FNN Hersubeno Arief, Jumat (6 Agustus 2022).

Hersubeno Arief mengatakan, "Kalau sekarang yang paling aktual adalah penetapan Bharada E atau Bharada Richard Eliazer sebagai tersangka."

"Kemudian orang jadi bertanya-tanya, kalau kemudian disebut motifnya bukan membela diri apa urusannya Bharada Richard ini menjadi pelaku pembunuhan terhadap Brigadir Joshua. Kan orang bertanya-tanya, jangan-jangan ini dia cuma dikorbankan saja gitu. Kan Anda selalu persepsinya akan dari situ. Dari soal bagaimana keberpihakan kepada kelompok yang lemah,"lanjutnya.

Kemudian, Rocky Gerung menanggapi, "Ini akibatnya kalau penundaan makin lama maka komposisi lagu bisa berubah-ubah. Kita terpaksa musti melihat partitur awalnya apa sih sehingga kok terlihat semacam komposisi yang diubah-ubah.

"Arangernya siapa? Jadi kalau kita tahu itu maka dengan mudah kita bisa duga bahwa ini ada sesuatu yang lebih tinggi yang harus diselamatkan, yang sering kita sebut “janganlah ada konflik antar-bintang di langit terus ada batu di bawah yang ketiban”. Jadi nggak boleh begitu. Tetapi, publik sudah merasa bahwa terlalu jauhlah permainan ini."

"Jadi itu yang menyebabkan semua orang akhirnya menduga bahwa ini sudah masuk pada soal yang lebih rumit lagi, karena soal sikut menyikut di antara bintang, karena soal order meng-order, karena soal sebut saja bahkan gengsi antar-angkatan. Jadi semua hal sehingga orang menganggap ya sudah mau diapain lagi kalau keterangan-keterangan itu berseliweran," lanjutRocky Gerung.

Tak heran dalam perbincangan tersebut menyinggung tentang 'perang bintang' di Mabes Polri, Indonesia Police Watch (IPW)) pun pernah membahas hal tersebutdalam Program AIMAN di KompasTV, Senin (30/11/2020) pukul 20.00.

Ketua Presidium IPW, Neta Pane menengarai ada perang bintang di tubuh Polri saat ini.

Hal ini berkaitan dengan kutub yang disebutnya sebagai "geng".

"Ada geng Solo, ada geng Pejaten, ada geng Makassar, ada geng Independen," kata Neta kepada Aiman Witjaksono, host Program AIMAN.

Kepada Aiman, Neta menjelaskan, geng Solo terkait dengan pejabat polisi yang pernah bertugas di Solo, terutama saat Presiden Jokowi menjabat sebagai Wali Kota Solo.

Lalu geng Pejaten (merujuk pada Kantor Badan Intelijen Negara) adalah pejabat polisi yang merupakan anak asuh Kepala BIN Jenderal (Purn) Budi Gunawan.

Sementara geng Makassar atau kutub Sulawesi mengacu pada Pejabat polisi yang berasal dari daerah Sulawesi.

Dan independen, adalah pejabat polisi yang tidak termasuk dalam kutub mana pun.

Aiman mengonfirmasi soal ini ke Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Irjen Pol (Purn) Benny Mamoto.

Soal "geng", ia tidak membantah, tapi tidak pula mengiyakan!

Soal kelompok menjelang masa pergantian Kapolri yang baru, ia berujar kepada Aiman di program AIMAN: "Apa yang disampaikan Pak Kapolri ini artinya di level bawahan ada kelompok-kelompok yang kemudian ingin berjuang untuk menjadi pengganti beliau (Kapolri)."

Terlepas dari ada atau tidaknya persaingan di tubuh jenderal polisi menuju Tribrata Satu alias Kapolri, dinamika adalah sebuah keniscayaan.

Baca Juga: Ikut-ikutan Nimbrung di Balik Kerumunan yang Amankan Ferdy Sambo, Terkuak Inilah Identitas Pria Bertato Berpenampilan Preman yang Jadi Sorotan

Artikel Terkait