Intisari-Online.com -Tidak ada habisnya membahas sepakbola di Indonesia. Termasuk kisah di masa lalu yang termuat dalam artikelIntisariedisi Januari 1965yang mengangkat Kolonel M. Saelan yang saatitu sedang menjabat sebagai Ketua Umum PSSI.Tentang syarat-syarat yang harus dimiliki seorang kiper, M. Saelan, bekas penjaga gawang PSSI sekaligus mantan Ketua Umum PSSI itu menjawab: "Pertama fisik: badan harus cukup tinggi (sekitar 1,75 meter), cukup berat dan kuat tubuhnja, elastis, cekatan, cepat reaksi dan mempunyai daya tahan yang tinggi. Psikologi seorang kiper harus berani, dingin kepala, mampu untuk cepat mengambil keputusan dan tindakan, selalu waspada, keras kemauan, percaya pada dirinya, mempunjai feeling tentang perideraan waktu (timing), kemampuan untuk menjangkau dan 'merasakan'- situasi dengan segala kombinasinya yang mungkin, hingga ia segera dapat-menyesuaikan diri dengan keadaan."
Mendengar syarat terakhir ini Saelan teringat kepada penilaian Torii Pogacnik, pelatihnya dan orang yang, menurut Saelan, sesudah ayahnya paling mempengaruhi pertumbuhannya sebagai kiper. Pelatih dari Yugoslavia, yang sejak tahun 1954 menjadi pelatih di training centre di Senayan itu mengatakan, bahwa salah satu keistimewaan Saelan yakni kemampuannya urituk menempatkan diri di bawah mistar sesuai dengan situasi di lapangan, seoah-olah semua tendangan terarah ke tempat ia berdiri.
Bagi Saelan orang yang paling berpengaruh di hidupnya itu ayahnya. "Ayah saya keras, mental kuat," tuturnya. "Ia juga penggemar sepakbola dan dulu pemain kiri dalam Oliveo, klub terkemal dl Jakarta sebelum perang. Tiap hari pagi saya diajak latihan lari sepanjang 3—5 kilometer. Sore latihan reaksi di lapangan tennis tidak jauh dari rumah. Saya berusaha menangkap bola tenis yang kecil dan cepat lajunya itu. Ketika itu saya duduk di HBS Makasar."
Maulwi Saelan yang dilahirkan di Makasar pada tanggal 8 Agustus 1926 itu telah gemar sepakbola sejak ia duduk di fraterschool, sekolah dasar Katolik di Makasar jyang dipimpin para frater (broeder). Mula-mula ia pemain sentervoor diregu kelas dua MOS (Main Oentoek -Sport), klub sepakbola yang didirikan oleh ayahnya. Lama tidak dapat naik ke pemain kelas satu. Karenanya satu tahun ia berhenti. Sesudah itu MOS memerlukan kiper. Saelan dijagokan. Pelatihnja ayahnya sendiri. Kecuali latihan lari dan menangkap bola di lapangan tenis seperti dikatakan di atas, Saelan kerap kali dilatih di lapangan oleh ayahnya, berduaan saja atau kadang-kadang dengan beberapa teman. Ternyata ia punya bakat kiper.
Ada suatu hal yang dikemukakan bekas kiper Saelan, yakni arti dan bantuan keluarga, seorang pemain harus penuh disiplin. Dalam keluarga ia dapat menemukan kehidupan yang tenang dan teratur. Isteri banjyk membantu dalam hal ini. Tentunya pak Saelan mengatakan ini berdasarkan pengalaman. Keluarga Saelan dikaruniai tiga orang anak laki-laki.
(Selesai)