Intisari - Online.com - Pemerintah China lewat China Development Bank (CDB) meminta pemerintah Indonesia ikut menanggung pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB).
Permintaan muncul karena terjadi kelebihan biaya (cost overrun) dalam pengerjaan konstruksi proyek kereta cepat ini.
Diketahui, proyek KCJB mengalami cost overrun, membengkak sebesar USD 8 miliar atau Rp 114,24 triliun.
Biaya itu membengkak sebesar USD 1,9 miliar, setara dengan Rp 27,09 triliun dari awalnya USD 6,07 miliar atau Rp 86,5 triliun.
China meminta APBN pemerintah Indonesia dipakai guna menanggung pembengkakan biaya KCJB.
Indonesia belum bisa langsung menerima permintaan ini, karena masih harus dibahas di Kementerian Keuangan yang bertugas sebagai bendahara APBN.
Krisis luar negeri China
Hanya lima tahun yang lalu, pemimpin China Xi Jinping menyatakan bahwa Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) adalah “proyek abad ini”.
Sekarang program besar untuk membangun infrastruktur yang seringkali bermanfaat di negara-negara berkembang berubah menjadi operasi pemadam kebakaran finansial dalam skala besar.
Nilai total pinjaman dari lembaga keuangan China untuk proyek-proyek di negara-negara BRI yang harus dinegosiasi ulang pada tahun 2020 dan 2021 mencapai $52 miliar, menurut data yang dikumpulkan oleh Rhodium Group, sebuah kelompok riset yang berbasis di New York.
Ini mewakili lebih dari tiga kali lipat $16 miliar dari dua tahun sebelumnya.
Dengan cara ini skema Xi menjadi krisis utang luar negeri pertama China.
KOMENTAR